REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN--Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman tidak akan meminta berbagai bentuk dispensasi Ujian Nasional bagi siswa korban bencana letusan Gunung Merapi.
"Kami tidak akan meminta dispensasi terkait Ujian Nasional (UN) tetapi kami telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mendukung penyerapan kurikulum bagi siswa. Jadi, tidak akan ada dispensasi apapun untuk siswa korban Merapi," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Suyamsih di Posko Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, sejumlah upaya yang akan dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman untuk membantu siswa menghadapi UN pada April 2011 adalah dengan memperbanyak "try out", dan melakukan pendampingan khusus untuk guru kelas tiga dalam membedah kisi-kisi UN.
Ia mengatakan, Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman telah menyiapkan empat kali "try out" untuk siswa yang akan menghadapi UN. Selain itu, lanjut dia, Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman juga akan mengeluarkan kebijakan untuk memperbanyak jam pelajaran pada semester genap yaitu dua hingga tiga jam pelajaran setiap harinya.
"Ini dilakukan agar siswa dapat mengejar ketertinggalan dalam penyerapan kurikulum di akhir tahun ajaran, karena selama bencana letusan Gunung Merapi banyak siswa yang terpaksa mengungsi," katanya.
Sementara itu, untuk pelaksanaan ujian bersama, Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman mengeluarkan kebijakan untuk memundurkan waktu pelaksanaan ujian sehingga seluruh sekolah di Sleman akan melaksanaan ujian dalam waktu yang bersamaan, baik yang terkena dampak erupsi Merapi atau tidak terkena dampak.
Di Kabupaten Sleman, ulangan bersama akan dilakukan pada 20 Desember, sedangkan untuk jenjang SMA akan dilakukan pada 16 Desember.
"Seharusnya, ujian bersama ini dilakukan pada awal Desember, tetapi diundur hingga pertengahan Desember. Kami mohon, adanya toleransi dari seluruh sekolah agar siswa bisa mengerjakan ujian dengan lebih baik," katanya.
Akibat letusan Gunung Merapi, terdapat 19 sekolah dasar (SD), tiga sekolah menengah pertama (SMP), lima sekolah menengah atas (SMA) dan satu sekolah menengah kejuruan (SMK) yang rusak.
Selain itu, terdapat 31 siswa dan dua orang guru di Kabupaten Sleman meninggal dunia akibat bencana eruspsi Gunung Merapi, serta 61 guru yang rumahnya rusak atau hancur.