REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Polri menyatakan Amir Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba’asyir terlibat dalam pelatihan militer bersenjata untuk anggota teroris di Jantho, Aceh. Keterlibatan Ba’asyir tersebut yakni menjadi Amir Al-Qoidah Serambi Mekkah serta menjadi penyandang dana pelatihan.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan mengatakan kegiatan pelatihan di Aceh tersebut melibatkan Abu Tholut yang berperan dalam melakukan survey lokasi. Sementara pemimpin kelompok pelatihan Aceh tersebut adalah Yudi Zulfahri, peserta pelatihan Tadri'b lokal.
"Kegiatan survey yang dilakukan Abu Tholut, dkk ini didanai oleh Abu Bakar Baasyir melalui Ubaid dan setelah pulang ke Solo, Abu Tholut dan Ubaid melaporkan kegiatan di Aceh kepada Abu Bakar Ba’asyir sebagai Amir JAT (Jamaah Ansharut Tauhid)," ujarnya dalam jumpa pers yang digelar Mabes Polri di Polresta Solo, Selasa (14/12).
Pelatihan di Aceh tersebut, lanjut Iskandar, sekitar November 2009, ditingkatkan menjadi pelatihan militer bersenjata atas kesepakatan Abu Tholut, Dulmatin, Abdullah Sunata, Ubaid, dan Warsito alias Tong Ji. Mereka juga menyepakati pembentukan Al-Qoidah Serambi Mekkah. "Abu Bakar Ba’syir menjadi amir Al-Qoidah Serambi Mekkah," terangnya.
Ubaid dalam organisasi tersebut diserahi tugas mengurusi kebutuhan pendanaan. Untuk tugas itu, Ubaid berkoordinasi dengan Abu Bakar Ba'asyir. "Kebutuhan persenjataan diurus oleh Dulmatin, Abdullah Sunata, dan Maulana kemudian pelatihan militer akan diurus oleh Mustaqim dan Abu Tholut," terang Iskandar.
Masih menurut Iskandar, pada Februari 2010, Abu Tholut menerima uang sebesar Rp 100 juta melalui Ustad Haris atas persetujuan Abu Bakar Ba’asyir. "Oleh Abu Tholut, dana itu dipergunakan untuk membeli persenjataan dan amunisi," ujarnya. Barang itu kemudian digunakan oleh para Mujahidin di Aceh.
Iskandar juga mengkaitkan kelompok tersebut dengan peristiwa perampokan Bank CIMB Niaga, Medan pada 19 September 2010 yang dilakukan kelompok Tony Togar alias Indra Warman, dkk. "Beberapa pelaku yang terlibat dalam kelompok tersebut merupakan eks peserta pelatihan militer di Pegunungan Jalin, Jantho, Aceh," ujarnya.
Menurut Iskandar, uang hasil rampokan tersebut akan dipakai membiayai kegiatan teror berupa penyerangan aset asing dan warga asing yang berada di wilayah Pekanbaru dan Lampung.
Terpisah, juru bicara JAT, Abdul Rochim mengakui sejumlah nama yang disebutkan kepolisian dalam pelatihan di Aceh tersebut pernah terlibat dengan JAT. Hanya saja, dia mengatakan nama tersebut tidak lagi terlibat dengan JAT. "Kami menolak jika JAT secara institusi terlibat dalam pelatihan di Aceh. Itu fitnah dan polisi harus membuktikan. Tapi kalau ada oknum yang sempat terlibat dengan JAT, kami tidak bisa menafikkan," ujarnya.
Dari nama yang disebutkan polisi terlibat, Abdul menyebutkan Abu Tholut dan Ubai yang pernah terlibat dengan JAT. Namun kemudian keduanya keluar karena ada perbendaan dalam langkah-langkah dakwah. "Tidak adil jika itu hanya kehendak seorang kemudian diatas namakan JAT," ujarnya.
Disinggung terkait pendanaan pelatihan, Abdul mengatakan tuduhan tersebut tidak diketahui dari mana sumbernya. Karena itu, pihaknya akan menunggu fakta persidangan yang dijalankan dengan adil. "Kami menolak semua tuduhan yang bahkan sumbernya tidak tahu darimana," tegasnya.