REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL--Unjukrasa tidak identik dengan kerusuhan atau kekerasan. Unjukrasa bisa menjadi totonan yang menghibur warga masyarakat. Aksi ini kembali ditunjukan masyarakat Yogyakarta--utamanya kabupaten Bantul-- saat menggelar aksi mendukung penetapan Sultan sebagai Gubernur DIY.
Sepanjang Sabtu, Bantul mendadak menjadi ajang parade seni. Ribuan warga Bantul yang berasal dari seluruh kecamatan yang ada bergerak bersama menuju satu titik yang sama, DPRD Bantul. Sekalipun ribuan orang memadati DPRD Bantul, tak ada insiden apa-apa.
''Anda lihat sendiri, aksi ribuan warga Bantul ini bahkan terlihat seperti parade seni yang menghadirkan hiburan tersendiri. Warga dari berbagai kecamatan, berangkat bersama ke gedung dewan bersama petugas Polsek masing-masing. Walau peserta aksi ribuan, namun warga tertib dan tidak menimbulkan gangguan,'' tegas Kapolres Bantul AKBP Sri Suari.
Untuk mengamankan aksi, Polres Bantul menurunkan sekitar 600 polisi untuk menjaga keamaan sidang ini. Katanya, walaupun dihadiri ribuan massa, sidang ini berlangsung aman.
Ketua DPRD Bantul Tustiani mengatakan hasil sidang paripurna tersebut kan dikirim ke pemerintah pusat dan DPR-RI untuk menjadi bahan pertimbangan pembahasan RUUK.
Sidang paripurna ini memang diikuti oleh ribuan warga Bantul, yang sudah berkumpul memenuhi halaman gedung DPRD Bantul sejak pagi hari. Mereka mendirikan panggung khusus, yang diantaranya dipakai sebagai tempat orasi dan tempat pertujukan berbagai aksi kesenian warga Bantul.
Sulistyo Admojo, Ketua Paguyuban Dukuh (pandu) Kabupaten Bantul, yang juga salah seorang koordinator aksi ini, mengatakan kehadiran warga ini mempertegas sikap warga Bantul, yang menginginkan DIY tetap dipimpin oleh Sultan dan Paku Alam.
''Kita sangat menolak adanya wacana gubernur utama dan wakil gubernurutama. Gubernur dan wakil gubernur DIY adalah sultan dan paku alamyang bertahta dengan mekanisme penetapan,'' kata Sulistyo.