REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH--Gempa dengan kekuatan 5,5 skala richter (SR) mengguncang Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, dan sekitarnya, Kamis (23/12), pukul 07.01 WIB. Akibatnya masyarakat panik, karena khawatir terjadi tsunami.
Kepala Badan Meteriologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah Barat Selatan Aceh, Edi Darlupti, di Meulaboh mengatakan, gempa dengan kekuatan 5,5 SR itu tidak berpotensi tsunami. Ia mengatakan lokasi gempa berada pada 3,77 Lintang Utara, 95-94 Bujur Timur, atau 45 Km barat daya Meulaboh dengan kedalaman 15 Km.
Sementara itu, Aceh Barat, lanjutnya, hingga kini belum memiliki Arly Warning System (AWS) yang merupakan alat pendeteksi dini gempa tsunami. Pihak BMKG, ungkapnya terkendala biaya untuk mewujudkan harapan masyarakat, maka itu pemerintah daerah diharapkan Edi, tanggap terhadap harapan masyarakatnya.
"Harga satu unit AWS berkisar Rp1 miliar, kami sudah berupaya berkoordinasi dengan pemda namun hingga kini belum juga ada perkembangan," katanya.
Panglima Laot (lembaga adat laut) Kecamatan Arongan Lambalik, Kabupaten Aceh Barat, Amirudin mengatakan, gempa cukup terasa sekitar satu menit sehingga banyak warga yang berhamburan keluar rumah. "Untunglah guncangannya tidak berlangsung lama sehingga tidak ada kerusakan berarti," tuturnya.
Ia menyatakan, meskipun gempa tidak membuat kerusakan berarti, namun masyarakat cukup panik karena teringat pada bencana gempa tsunami 26 Desember 2004. Banyak di antaranya kembali merasakan trauma.
Menurutnya, pemerintah daerah setempat perlu menempatkan alat khusus pendeteksi tsunami secara dini di setiap kecamatan, sehingga jika terjadi gempa masyarakat dapat mengantisipasinya.
"Pada saat pagi seperti itu banyak masyarakat yang masih tidur, sehingga tidak semua merasakannya, semisal goncangannya kuat pasti mereka terimbas, maka itu perlu ditempatkan alat khusus," kata Amirudin.