REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO--Hujan debu yang terus keluar dari kawah Gunung Bromo sejak enam hari lalu hingga Ahad (26/12) ternyata melumpuhkan aktivitas wisata Bromo. Terutama di kawasan Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Erupsi Bromo yang mengeluarkan asap tebal hitam pekat dan kecoklatan itu menyebabkan hujan debu, bahkan tidak jarang diwarnai bebatuan dan lava pijar. Hanya saja bebatuan dan lava pijar itu masih menghujani kawasan kaldera Bromo.
Meski begitu, kepulan asap tebal Bromo yang mengandung abu justru menghujani sebanyak 12 desa yang ada di kawasan Kecamatan Sukapura, Probolinggo. Kawasan paling parah didera hujan debu itu adalah Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari.
Dusun yang berjarak sekitar tiga kilo metr dari bibir kawah Bromo ini ini menjadi sasaran hujan debu. Praktis, pusat aktivitas wiata Bromo ini lumpuh. Semua hotel dan losmen yang ada di kawasan tersebut tutup total.
Mereka tidak melakukan aktivitas, karena akibat hujan debu itu listrik sempat dipadamkan. Begitu juga airan air. Sehingga, beberapa hotel seperti Lava View Hotel dan Cemara Indah Hotel, Bukit Cemara Hotel dan lain sebagainya banyak yang membatalkan bebrapa reservasi kamar dari wisatawan yang hendak berkunjung ke Bromo.
"Tak mungkin ami bisa menerima amu kalau kondisinya seperti ini. Listrik padam, air bersih tidak bisa mengalir. Makanya, pihak manajemen memilih menutuk layanan untuk sementara," kata wanita yan mengaku bernama Sunardi, staf Hotel Cemera Indah.
Selain itu, hujan debu tida hanya mendera fasilitas perhotelan. Namun, prasarana transportasi menuju Cemorolawang juga didera hujan abu vulkanik. Debu yang menghuani jalan menuju kawasan Cemorolawang itu mencapai ketebalan sekitar 20 centi meter.
Wakil Ketua Penanggulangan Bencana Gunung Bromo, yang juga Kapolres Probolinggo, AKBP Zulfikar tidak membantah kejadian tersebut. Menurut dia, pihaknya memang meminta pada PLN agar memadaman aliran listrik di kawasan Cemorolawang. Alasannya, hujan debu yang tebal dan mendera pemukman warga bisa mengakibatkan korsleting.
Makanya, tandas dia, aliran energi istrik itu untuk sementara dipadamkan dulu. Akibat pmadaman itu, berdampak pada pemenuhan kebutuhan air bersih. Sebab, sebagian besar pemenuhan air bersih warga itu memang menggunakan energi listrik.
Karena itu, kata dia, kini sedang dipikirkan pembuatan tandon air berih di 12 desa yang mebgalami kesulitan air bersih. "Kami sudah melakukan koordinasi dengan Pemkab Probolinggo," pungkasnya.