REPUBLIKA.CO.ID,PONOROGO - Belasan siswa SD Negeri Wringinanom 2, Desa Wringinanom, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, mengalami keracunan. Mereka diduga keracunan setelah mengonsumsi manisan buah yang dijual di kantin sekolah mereka pada Rabu (9/3).
Peristiwa itu tidak sampai memakan korban jiwa. Karena begitu sejumlah siswa mengalami mual dan muntah-muntah, beberapa guru dan wali murid segera melarikan mereka ke puskesmas kecamatan untuk mendapat pertolongan pertama. "Dugaan sementara memang keracunan. Tetapi untuk pastinya, kami masih menunggu hasil uji laboratorium pada sampel makanan yang dikonsumsi para siswa sebelum mengalami mual dan muntah berat," kata Kepala Sekolah SDN Wringinanom 2, Untung Sugiono.
Ada 12 siswa yang mengalami keracunan. Mereka rata-rata adalah pelajar kelas 2 yang saat itu mendapat jam istirahat lebih awal setelah mengikuti pelajaran olahraga. "Mungkin karena haus dan kelelahan, anak-anak berebut beli manisan buah pepaya yang dijual di kantin sekolah,'' terang Sugiono. ''Namun tak berapa lama kemudian, mereka mengeluh mual dan muntah-muntah."
Melihat kejadian tersebut, para siswa lainnya menjadi panik. Pengelola kantin dan para guru pun ikut panik. Beberapa orang berusaha menolong dengan memberikan air putih dan air kelapa muda untuk menawarkan dampak racun.
Namun karena korban terus berjatuhan dan memperlihatkan kondisi yang memburuk, pihak sekolah dibantu sejumlah wali murid membawa 12 siswa yang keracunan tadi ke unit gawat darurat Puskesmas Kecamatan Sambit.
Sony, salah satu korban keracunan, mengatakan dirinya tidak langsung merasakan sakit setelah memakan manisan buah. Tetapi selang beberapa waktu kemudian perutnya sakit, mual dan kemudian muntah-muntah. "Tiba-tiba pusing, perut terasa mulas lalu muntah-muntah," tuturnya.
Kepala Puskesmas Sambit, dr Fany Priyono, mengatakan, ke-12 siswa SD Wringinanom tersebut diduga memang mengalami keracunan makanan. Tetapi dari mana sumber racun tersebut berasal, pihaknya belum berani memastikan dengan alasan masih dilakukan uji sampel cairan dari sisa makanan yang dimuntahkan beberapa siswa. "Zat yang meracuni baru bisa diketahui setelah diperiksa di lab (laboratorium)," terang dr Fany Priyono.