REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Sebanyak 12 sekolah tingkat SD hingga SLTA di Kota Padang melakukan uji coba kurikulum pendidikan siaga bencana yang difasilitasi Komunitas Siaga Tsunami Indonesia. "Uji coba kurikulum siaga bencana ini terasa manfaatnya dan pendidikan serta pelatihan siaga bencana di sekolah di daerah rawan gempa dan tsunami ini dianggap penting," kata Direktur Eksekutif Kogami Indonesia Patra Rina Dewi di Padang, Jumat.
Kurikulum siaga bencana di sekolah merupakan satu upaya terkait pandangan dan hasil-hasil penelitian gempa dan tsunami yang menyebutkan Sumbar sebagai daerah berpotensi gempa dan tsunami.
Bahkan Tim-9 yang terdiri atas ahli gempa dan tsunami bentukan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) beberapa kali datang ke Sumbar untuk meyakinkan pemerintah daerah terutama yang daerahnya berada di sepanjang pesisir bahwa kerawanan ini merupakan persoalan serius yang harus segera ditangani, katanya.
Untuk itu salah satu langkah nyatanya adalah diberikan kurikulum siaga bencana sekolah yang difasilitasi Kogami Indonesia dan mendapatkan sambutan positif Pemko Padang melalui Dinas Pendidikan setempat.
Ia menjelaskan, kurikulum siaga bencana dirumuskan oleh orang-orang yang berkomitmen dalam tugasnya dan berasal dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang, Kepala Sekolah, guru-guru, Dinas Pendidikan Padang dan Dinas Pendidikan Sumbar.
Menurut dia, kurikulum ini mulai diinisiasi sejak 2008 setelah Kogami berkali-kali melakukan pendampingan di sekolah dan berkeyakinan bahwa tanpa ada kebijakan pemerintah menjadikan pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan bencana di sekolah, tidak akan bisa mungkin mengurangi risiko bencana.
Kesiapsiagaan bencana di sekolah penting khususnya ketika terjadi gempa saat proses belajar-mengajar masih berlangsung, tambahnya. Ia mengatakan, uji coba kurikulum pada 12 sekolah di Padang, diberikan baik secara integrasi dengan mata pelajaran lain maupun sebagai muatan lokal diiringi dengan pembentukan Kelompok Siaga Bencana Sekolah (KSBS) beranggotakan guru dan murid.
Anggota KSBS dilatih dalam membuat rencana evakuasi, prosedur tetap tanggap darurat, P3K, memakai radio komunikasi (high frequency radio), memadamkan kebakaran dan pelatihan tenda tandu.
Pelatihan ini bertujuan agar pada saat bencana terjadi, sudah jelas tim yang akan memberikan pertolongan jika jatuh korban dan tim pemandu evakuasi ke tempat aman, tambahnya.
Wakil Kepala Sekolah SMA Pertiwi I (satu dari 12 sekolah yang melakukan uji coba kurikulum siaga bencana) Yudi Aningskar Widyanto mengatakan pendidikan siaga bencana berpengaruh positif dalam mengurangi tingkat kepanikan siswa.
Ia menyebutkan, sebelum ada kurikulum itu pada saat gempa 12 September 2007 ada siswa sekolah ini mengalami patah kaki karena melompat dari lantai dua bangunan sekolah karena ketakutan saat terjadi bencana.
Setelah menguji coba kurikulum siaga bencana dan membentuk KSBS, pada gempa 30 September 2009 tidak ada lagi siswa yang panik. "Semua siswa menyelamatkan diri ke TVRI yang sudah ditetapkan sebagai tempat berkumpul," katanya.
Saat itu empat jam setelah gempa terjadi, semua siswa sudah dijemput orangtua mereka masing-masing, tambahnya.