Ahad 20 Mar 2011 12:45 WIB
Melancong Bareng Abah Alwi: Menelusuri Jejak Daendels

Daendels, Si Marsekal Besi yang Ambisius

Rep: Agung Sasongko/ Red: Johar Arif
Melancong Bareng Abah Alwi
Melancong Bareng Abah Alwi

REPUBLIKA.CO.ID, ANYER--Berbicara tentang sejarah Anyer maka tidak bisa terpisahkan dari sosok Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels. Pasalnya, Daendels, yang merupakan penganggum berat Kaisar Perancis, Napoleon, saat ditunjuk menjadi Gubernur Jenderal  dia tidak langsung menuju Batavia, melainkan Anyer, Banten.

Di daerah itu, Daendaels si ambisius ini harus membangun pertahanan di pesisir utara Jawa guna menangkal serangan Inggris. Saat itu, Belanda yang merupakan sekutu Inggris tengah diduduki Perancis.

Alwi Shahab, pemerhati sejarah Jakarta, mengatakan guna membangun pertahanan itu, Daendels harus  membangun Jalan Raya Pos, yang terentang di antara titik paling barat dan timur Pula Jawa (Anyer-Panarukan). Proyek itu yang kemudian dikenal jalan Daendels.

"Jalan ini dibangung sepanjang 1.000 km hingga panarukan. Awalnya, proyek itu ditentang oleh orang Belanda sendiri lantaran kesetiaan Daendels diragukan. Sebab dia seorang pendukung Napoleon. Sementara orang Belanda lebih memilih diduduki Inggris ketimbang Perancis," papar Alwi Shahab kepada peserta acara Melancong Bareng Abah Alwi, Ahad (20/3).

Abah Alwi, sapaan akrabnya, melanjutkan, proyek itu boleh dibilang terbesar kala itu. Untuk membangun jalan sedemikian panjang ratusan ribu tenaga kerja dikerahkan. Tenaga-tenga kerja tersebut menurut Abah merupakan hasil pemberian raja-raja dan adipati taklukan pemerintah Hindia Belanda. "Sebelum Daendels memulai proyek, dia terlebih dahulu madamkan pemberontakan pangeran di Jawa dengan mengakui kekuasaan mereka dengan syarat pemberian tenaga kerja untuk melakukan kerja paksa," papar Abah.

Setahun proyek Jalan Pos Daendels selesai dibangun. Naasnya, pembangunan proyek jalan Pos ini memakan ratusan ribu korban jiwa. Mereka meninggal lantaran terserang penyakit malaria, kelaparan, dan dibunuh lantaran berusaha kabur.

 "Karena itu, kita sebagai generasi penerus harus mengingat pengorbanan mereka. Semestinya pula, pemerintah berusaha keras memakmurkan masyarakat di kawasan itu," ungkap dia.

Perjodohan Daendels dengan Anyer berakhir ketika dia harus dipulangkan ke Belanda tahun 1811. Saat itu, Inggris telah menggantikan posisi Belanda sebagai penguasa Nusantara. Daendels kemudian digantikan Sir Thomas Stanford Raffles. Nama Daendels sebagai seorang tiran tetap dikenal hingga kini. Jalan raya yang menyatukan pulau Jawa menjadi bukti sisi ambisius Marsekal Besi. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement