Rabu 23 Mar 2011 14:36 WIB

Produk Makanan Jepang Belum Mendapat Pengawasan Khusus

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKARAYA - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Kalimantan Tengah belum melakukan pengawasan secara khusus terhadap produk pangan olahan asal Jepang yang yang beredar di pasaran daerah setempat.

"Sampai sekarang kami belum dapat instruksi dari badan pengawasan obat dan makanan pusat, untuk mengecek makanan dan obat-obatan asal Jepang yang masuk ke Kalteng," kata Kepala Bagian Sertifikasi dan Layanan Komunikasi BPOM Kalteng, Zulkifli, di Palangka Raya, Rabu (23/3).

Menurut Zulfadli, apabila BPOM pusat menginstruksikan, maka pihaknya akan siap menjalankan tugas pengecekan ke lapangan kapan saja. Dengan pemberian instruksi berarti pemerintah pusat sudah tahu bahaya radiasi nuklir sudah sampai ke daerah melalui makanan.

"Kami belum ada dasar untuk memeriksa bahan makan apa saja yang terkontaminasi itu. Dengan instruksi pusat kami sudah mempunyai gambaran, bahan makan mana yang harus dicek atau tidak, sebab banyak sekali makan impor dari luar negeri," ucapnya.

Ia mengatakan, tidak hanya produk dari Jepang saja yang berisiko mengandung bahaya. Produk dari negara lain seperti Cina juga ada yang berbahaya, karena banyak yang mengunakan zat perwarna yang dapat merusak tubuh.

Ia menjelaskan masyarakat selalu lebih teliti memilih makan impor yang tidak memiliki identitas jelas maupun nama perusahaan yang mengolah produk makan tersebut. Ini ujarnya, demi  mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan bagi pemakainya.

Begitu juga dalam mengkonsumsi produk hendaknya melihat tanggal kedaluwarsa. Kemudian, sambung dia, makanan impor maupun makanan dalam bentuk kalengan yang masuk kedalam tubuh kalau tidak benar-benar dilihat kandungan zat yang ada didalamnya, maka dikhawatirkan sangat rentan terhadap kesehatan.

"Teliti kandungan zat yang ada di produk tersebut sebelum mengkonsumsi. Jangan sampai akibat mengkonsumsi produk yang tidak jelas perusahaan maupun izin resmi dari pemerintah RI juatru mengakibatkan penyakit," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement