Senin 10 Jan 2011 04:33 WIB

Mengenang Elfa Secioria, Si Pengorbit Penyanyi dan Komposer

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Elfa Secioria yang dikenal sebagai pengorbit sejumlah penyanyi dan komposer musik, dan pencipta lagu meninggal dunia dalam usia 52 tahun, Sabtu (8/1), sekitar pukul 17.00 WIB di Rumah Sakit Pertamina Jaya Cempaka Putih, Jakarta.

Meninggalnya Elfa yang dalam setiap penampilannya selalu tenang di belakang alat musik yang dimainkannya, mengejutkan sejumlah penyanyi dan musisi, terutama yang pernah diorbitkan oleh almarhum.

Kabar meninggalnya Elfa, yang memiliki nama lengkap Elfa Secioria Hasbullah Ridwan ini diketahui dari akun twitter beberapa artis ibukota yang mengenal almarhum secara langsung.

Penyanyi muda Sherina dalam akun Twitternya hari Sabtu menulis "Telah meninggal guru, mentor, musisi jenius, inspirator Om Elfa Secioria. Too schocked. Words fail for me".

Sedangkan akun Twitter komposer dan pencipta lagu Yovie Widianto, yang merupakan bekas anak didik Elfa, menyatakan "Innalillahi wa inna lillahi rojiun, kakakku tercinta, guru musikku & composer besar Indonesia."

Selama karirnya, Elfa banyak mengorbitkan penyanyi-penyanyi berbakat seperti Sherina, Andien, Yana Julio, Rita Effendi dan Hedi Yunus.

Lahir di Garut, Jawa Barat, 20 Februari 1959, Elfa memang berasal dari keluarga yang senang musik. Ayahnya, Hasbullah Ridwan seorang polisi militer yang aktif dalam bermain musik,  dikenal sebagai konduktor dan pemain jazz.

Dia menempuh pendidikan mulai SD sampai SMA di Bandung. Kemudian, melanjutkan ke Akademi Teknologi Nasional di Bandung (sampai tingkat II, 1980). Mulai berlatih piano pada usia 5 tahun. Pada usianya yang kedelapan, ia pemain piano dalam Trio Jazz Yunior IVADE. Mengikuti Piano Privat 1 dan 2 di Bandung (1970-1974), mempelajari musik Simfoni di Bandung (1971-1978) dan belajar Aransemen Orkestra di Bandung (1974-1978).

Elfa dalam memperoleh pengenalan musik mendapatkan bimbingan mengenai teori dan sejarah musik, komposisi, dan karakter instrumen dari Kapten Anumerta F.A. Warsono, pimpinan Orkes Simfoni Angkatan Darat Bandung.

Kehebatannya sebagai musisi sudah nampak saat dia pernah manggung dengan mata tertutup saat berusia 11 tahun dan membentuk kelompok vokal yang sudah memenangi delapan grand champion festival paduan suara di luar negeri, pada saat berusia 19 tahun.

Tahun 1982, pada ASEAN Song Festival di Bangkok, ia menyabet piala sebagai Pengaransir Terbaik. Di tahun 1984, pada acara yang sama di Manila, ia kembali meraih penghargaan untuk "The Best Arranger and the Best Song", lewat Lagu yang ia tampilkan, Detik tak Bertepi, yang dinyanyikan oleh Christine Panjaitan.

Di festival tersebut makalah yang berjudul Saluang, Pupuit, Talempong, Gandang (Minangkabau) Indonesia yang ia buat juga memperoleh pujian dari para peserta lain.

Pada Golden Kite Festival di Malaysia, 1984, mendapat penghargaan sebagai The Best Performer dengan lagu Kugapai Hari Esok, yang dinyanyikan oleh Harvey Malaiholo.

Selama kariernya, Elfa sudah 14 kali menjadi pengaransir orkes Telerama dan untuk Candra Kirana di TVRI. Pengalaman berkesan buat Elfa, yakni ketika ia menjadi konduktor pada orkes simfoni Yamaha di Budokan Hall, Tokyo saat berlangsung acara World Popular Song Festival pada tahun 1982.

"Tepuk tangan yang bunyinya seperti hujan, wuzzz, membuat saya merinding," kata Elfa saat itu. Pengalaman lain yang juga berkesan adalah sewaktu ia harus menyelesaikan 17 aransemen musik selama tujuh jam di dalam pesawat pada tahun 1983.

Elfa juga dikenal sebagai pendiri grup musik Elfa`s Singer, yang ini telah merilis tujuh album. Album yang ke tujuh yang bertajuk Elfa`s Singers dibuat dalam rangka 30 tahun eksistensi mereka di musik Indonesia. Menurut Elfa, album itu dibuat sebagai wujud syukur atas keberhasilannya bertahan selama ini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement