Kamis 11 Aug 2022 00:37 WIB

Mural Kutipan Pidato Bung Karno Hiasi Flyover Klender, Peringati Hari Kemerdekaan

Pidato revolusioner Bung Karno yang dikutip untuk mural tentang ketahanan pangan.

Red: Qommarria Rostanti
Menjelang Hari Kemerdekaan, Komunitas Kolaborasi dan Jakarta Art Movement, bersama berbagai komunitas street art membuat mural unik. Mereka membuat kutipan pidato revolusioner Soekarno tentang ketahanan pangan dan ingatan tentang ulama Betawi, Haji Darip, di Flyover Klender, Jakarta.
Foto: Antara/HO
Menjelang Hari Kemerdekaan, Komunitas Kolaborasi dan Jakarta Art Movement, bersama berbagai komunitas street art membuat mural unik. Mereka membuat kutipan pidato revolusioner Soekarno tentang ketahanan pangan dan ingatan tentang ulama Betawi, Haji Darip, di Flyover Klender, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang Hari Kemerdekaan, Komunitas Kolaborasi dan Jakarta Art Movement, bersama berbagai komunitas street art membuat mural unik. Mereka membuat kutipan pidato revolusioner Soekarno tentang ketahanan pangan dan ingatan tentang ulama Betawi, Haji Darip, di Flyover Klender, Jakarta.

"Teks-teks yang provokatif dan revolusioner menyoal pidato Sukarno tentang ketahanan pangan di Bogor dan pertemuan beberapa tahun sebelumnya dengan Haji Darip serta rapat akbar di Klender membawa relevansi nyata dalam usia Republik ke-77 tahun ini," kata Ketua sekaligus Kurator Komunitas Jakarta Art Movement Bambang Asrini dikutip dari siaran pers di Jakarta, Rabu (10/8/2022).

Baca Juga

Kata-kata yang menjadi inspirasi mural tersebut merupakan ujaran Bung Karno pada 27 April 1952 saat peletakan batu pertama di kampus Institut Pertanian Bogor, yang mengingat kembali rapat akbar dengan ulama Betawi Haji Darip di Klender. Saat itu, ada ancaman serangan serdadu NiCA di Klender yang merupakan salah satu sumber pangan di Jakarta Timur.

Sebagai informasi, Haji Darip dikenal oleh warga Betawi sebagai ketokohannya sebagai ulama, memimpin barisan perjuangan daerah Jatinegara dan Klender ketika revolusi fisik pada 1945, sampai dikenal sebagai sosok yang jago silat.

Tiga bulan usai pembacaan proklamasi, Bung Karno memimpin rapat akbar pada Oktober 1945 didampingi Haji Darip dan sejumlah tokoh lainnya, Dia pertama kali meneguhkan bahwa kondisi darurat perang sedang terjadi, sehingga gudang-gudang pangan dan beras yang berpusat di sekitar Klender-Jatinegara harus dipertahankan.

Para jawara, ulama, dan warga Betawi juga cikal bakal tentara nasional (Barisan Rakyat/BARA) bersatu padu menuruti pekik-imbauan Soekarno. "Perspektif psikogeografis menjadi pemandu para seniman, membuka kembali saksi-saksi sejarah dengan mewawancarai pemukim lokal selama ratusan tahun itu; dan data-data rekaman video-video lampau serta akses data-data digital lainnya pun menguak isu lokal dan dunia soal krisis pangan," kata seniman sekaligus kurator Selo Riemulyadi.

Sejak 31 Juli lalu, Komunitas Kolaborasi dengan sajian tagar #Kolaborasi Jakarta, #Kolaborasi Indonesia menggelar serangkaian peristiwa kultural. Kelompok warga yang berkolaborasi dengan komunitas terdiri dari para aktivis, orang-orang kreatif, hingga pekerja seni yakni aktor teater, penari, penulis skenario film, musisi, dan penyanyi.

Ada pula tim Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pelajar, anggota The Jak Mania yang menamai diri mereka sebagai GoJak, elemen-elemen dari instansi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemural dan seniman street art pun turut unjuk gigi.

"Komitmen Komunitas Kolaborasi untuk bersama-sama memaknai Bulan Agustus yang sakral ini adalah menggandeng sebanyak mungkin warga, profesional dan seniman serta siapapun untuk berbuat bersama dan berkarya memberi untuk Ibu Pertiwi," kata Ketua Komunitas Kolaborasi Sonny Muhammad.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement