Sabtu 02 Jul 2022 03:49 WIB

Jabar Genjot Pertumbuhan Eksportir Milenial, Sudah Latih 240 Eksportir

Peluang ekspor komoditas maupun produk olahan dari kaum milenial sangat terbuka

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat aktif menggenjot pertumbuhan jumlah eksportir milenial yang masuk dalam kategori industri kecil menengah (IKM).
Foto: istimewa
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat aktif menggenjot pertumbuhan jumlah eksportir milenial yang masuk dalam kategori industri kecil menengah (IKM).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat aktif menggenjot pertumbuhan jumlah eksportir milenial yang masuk dalam kategori industri kecil menengah (IKM).

Menurut Asisten Daerah Bidang Administrasi Setda Jabar Ferry Sofwan Arif, Pemprov tengah fokus pada pertumbuhan eksportir muda dan milenial. Karena, saat ini ada ceruk ekspor non migas yang bisa diisi oleh anak-anak muda.  “Kita berkaca pada data bahwa ekspor Jawa Barat itu paling tinggi di Indonesia, karena produk kita lebih beragam,” ujar Ferry Sofwan di acara Kick Off Eksportir Milenial di Gedung Sate, Bandung, Jumat (1/7/2022).

Baca Juga

Ferry menjelaskan, potensi eksportir milenial tumbuh bisa dilihat dari data kependudukan BPS tahun 2020 yang menyebut jumlah penduduk Jawa Barat mencapai 48,2 juta jiwa. Dari angka ini sebanyak 25 persen adalah anak muda atau generasi Y dan 21 persen adalah generasi Z.“Kelompok anak muda ini lebih dari 50 persen mereka bisa menjadi konsumen sekaligus produsen,” katanya.

Ferry menilai, peluang ekspor komoditas maupun produk olahan dari kaum milenial sangat terbuka dan ceruk pasarnya luas. Selain itu, variasi produk yang diekspor oleh para milenial Jawa Barat pun beragam mulai dari kantung urin, briket batubara, kelapa parut, hingga tanaman hias. ”Ini bisa kita garap bersama-sama, milenial ini mereka melek informasi dan digitalisasi, yang paling kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh generasi Z dan Y,” katanya.

Di tempat yang sama, Kepala Disperindag Jabar Iendra Sofyan mengatakan pihaknya menggenjot pertumbuhan eksportir milenial melalui program Export Coaching Program (ECP) yang digelar sejak 2019. Saat ini, sudah ada sekitar 240 eksportir milenial yang dilatih."Tahun 2022 ini ada 30 orang dari 150 orang yang mendaftar dan berhasil kami kurasi,” katanya.

Dalam ECP ini, kata dia, selama setahun peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer , korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching.  “April-Juni 2022 ini kami sudah berhasil mengekspor 158.344 US$ dari 9 komoditi,” katanya.

Ke depan, kata dia, program ECP akan terus dikembangkan pihaknya menggandeng dukungan perbankan hingga Bank Indonesia beserta dinas terkait seperti KUK, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura dan Dinas Perkebunan. “Semuanya harus terkoordinir di Disperindag, karena kami yang akan melaporkan seluruh aktifitas ekspor baik manufaktur dan IKM,” katanya.

Meski peluang terbuka lewat program ECP, Iendra memastikan proses seleksi dan kurasi diberlakukan pihaknya mengingat kemampuan dan semangat tiap peserta berbeda-beda. Dari 150 eksportir yang mendaftar ECP, hanya seperlima yang siap melakukan ekspor. “Bukan sisanya kita biarkan, tapi kami terus bina untuk lebih siap lagi melakukan ekspor,” katanya.

Program ECP, kata dia, akan menjadi filter bagi eksportir milenial yang tangguh karena peserta harus melewati enam tahap. Peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer.

Selain itu, kata dia, ada korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching. “Jadi tidak langsung ekspor, tidak langsung container, tapi bertahap,” katanya.

Sedangkan menurut Deputi Kepala Perwakilan BI Jawa Barat, Bambang Pramono, ekonomi global saat ini menghadapi tantangan cukup berat. Salah satunya adalah staglasi yakni sebuah kondisi ekonomi yang melambat dan biasanya disertai dengan kenaikan harga-harga pokok (inflasi). Ekspor yang terus tumbuh diharapkan bisa menghindarkan kondisi ekonomi nasional dari ancaman tersebut.

Bambang menilai, pertumbuhan eksportir milenial bisa membantu pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang nilai ekspornya saat ini menopang 43 persen. Milenial yang dibantu dengan sokongan teknologi dan serta kebijakan dari pemerintah akan menjadi eksportir yang mumpuni. “Ada banyak sektor yang bisa didorong ekspor, maritim, pertanian, ini menjadi kesempatan kita untuk menggali potensi,” katanya.

Keberhasilan peserta program ECP 2021 diungkapkan salah satu eksportir milenial Mariana dari CV Sankimo Ultraviolet yang menghasilkan produk kantong urin. Menurutnya, usahanya berdiri sejak 2012, diawali dengan memproduksi kantong urin memakai produk kertas.  “Kami launching 2017, kalau pipis itu urin bisa menjadi gel, tapi 2017 itu ada trust issue dari masyarakat jadi belum banyak diminati,” katanya.

Produk tersebut, kata dia, lalu dikembangkan lagi menjadi berbahan plastik ramah lingkungan yang bisa dipakai untuk traveling. Menyasar pasar haji dan umroh yang tinggi. Tapi saat pandemi Covid-19 pihaknya terdampak karena tidak ada aktifitas haji dan umroh selama dua tahun. 

"Peluang ekspor datang setelah saya ikut Makkah Expo pada Maret 2022 lalu dan menghasilkan kontrak kerjasama pembelian senilai 170 ribu US$. Saat ini saya sedang mengurus perizinan perbekalan peralatan rumah tangga (PKRT)," katanya.

Mariana mengatakan, awalnya ia berpikir produknya hanya untuk orang yang pergi berwisata saja. tapi setelah dibantu Disperindag produknya bisa masuk ke produk kesehatan juga."Jadi ekspor itu mudah sulit tapi membuat kami dan tim tetap berprasangka baik, karena milenial itu punya semangat, tenaga dan mimpi yang tidak terbatas,” katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement