Jumat 06 Mar 2020 23:59 WIB

Rektor Uncen: Perlu Ada Instrumen Setelah UN Ditiadakan

UN dari sisi efisiensi dan efektifitas waktu belajar memang ada sisi positifnya

Red: Muhammad Fakhruddin
Ilustrasi Ujian Nasional. Foto: Pelajar SMP saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di ruang kelas SMP Negeri 5 Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (23/4/2019).
Foto: Antara/Olha Mulalinda
Ilustrasi Ujian Nasional. Foto: Pelajar SMP saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di ruang kelas SMP Negeri 5 Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (23/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,JAYAPURA -- Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen) Dr Apolo Safanpo menyebutkan perlu ada instrumen yang digunakan untuk mengukur pembelajaran siswa setelah Kementerian Pendidikan Nasional berencana menghapus Ujian Nasional (UN) pada 2021.

"Penghapusan UN memang dari sisi efisiensi dan efektifitas waktu belajar memang ada sisi positifnya. Tetapi kita harus punya instrumen penilaian untuk mengukur hasil pembelajaran ujian, salah satunya dengan ujian, setelah UN ditiadakan instrumen apa yang harus kita pakai untuk mengukur hasil pembelajaran kita, apakah capaiannya sudah memenuhi kompetensi atau masih kurang, itu harus kita pikirkan kemudian," ungkap Rektor Uncen Apolo Safanpo menanggapi penghapusan UN 2021.

Paling tidak ujian cukup diuji oleh sekolah, menurut Rektor, kalau guru terhadap anak didik, mengajar dan membimbing dia maka yang paling tahu kemampuannya adalah guru.

"Ini kan sekolah yang mendidik anak tetapi orang lain yang tes dia, kompetensinya lain, soal-soalnya lain, sehingga anak itu tidak bisa menyelesaikan soal-soal ujian dianggap dia ini bodoh padahal tidak, mungkin gurunya mengajar dia berenang, tetapi yang diuji ini mungkin mengujinya terjuan payung, yang mengujinya bilang tidak bisa," ujarnya.

Sebagai contoh, lanjut Rektor Uncen, orang memiliki bakat terjun payung tidak mungkin memiliki bakat berenang, karena semua orang memiliki bakat dan talenta yang berbeda-beda.

Ia mengatakan, biarlah guru yang mengindentifikasi talenta anak itu dimana dan silahkan itu dikembangkan kalau dia tidak bisa terjun payung, jangan memaksa anak itu terjun payung, kompetensinya bukan disitu.

"Orang yang jago matematika belum tentu dia bisa kimia, jangan paksa dia karena semua orang punya talenta yang Tuhan kasi berbeda-beda,"ungkap Rektor Uncen.

Menurut dia, memang ujian nasional ini oleh para pakar pendidikan merekomendasikan kepada pemerintah untuk dihapus karena banyak waktu dari pendidik kita untuk mengurus administrasi

Misalnya guru, kata dia, guru itu secara profesional datang untuk mengajar lalu pulang untuk mempersiapkan materi.

Akan tetapi, menurut dia, banyak waktu guru habis untuk membuat soal, periksa soal, mengisi tabel-tabel dan kolom-kolom.

Sebenarnya pendidik adalah profesional, tetapi waktunya banyak untuk menyusun soal untuk siswa.

Sedangkan siswa juga begitu, dia harusnya fokus untuk belajar, bertanya dan menimba ilmu tetapi waktunya habis hanya untuk membaca naskah soal materi ujian.

"Jadi, yang dia belajar itu sedikit, tetapi persiapan untuk ujian paling banyak, padahal harusnya dia belajar. Jadi secara masif dan secara serentak dari pusat sampaj ke daerah itu hanya sibuk untuk urus ujian saja," tambah dia.

Menteri Pendidikan dan KebudayaanNadiem MakarimmengumumkanUjian Nasional(UN) akan dihapus pada 2021 mendatang. Dia menyebut Ujian Nasional yang selama ini menjadi salah satu standar kelulusan siswa akan dilaksanakan terakhir kali pada 2020.

Nadiem menyampaikan itu dalam rapat koordinasi bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu, 11 Desember 2019.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement