Kamis 19 May 2022 12:21 WIB

Selamatkan Jesigo, Perlu Upaya Bersama Berbagai Pihak

Sejak 15 tahun lalu, Jesigo telah merambah supermarket dan mall-mall di kota besar.

Red: Hiru Muhammad
Gubernur Sumatera Barat, Buya Mahyeldi, dalam sambutannya sebelum prosesi pencabutan baiat massal mengajak warga untuk bersama-sama kembali berbaur, bersama membangun nagari, membangun Sumbar dan Indonesia.
Foto: Pemprov Sumbar
Gubernur Sumatera Barat, Buya Mahyeldi, dalam sambutannya sebelum prosesi pencabutan baiat massal mengajak warga untuk bersama-sama kembali berbaur, bersama membangun nagari, membangun Sumbar dan Indonesia.

Oleh : Mahyeldi, SP

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Jeruk Siam Gunung Omeh atau disingkat Jesigo adalah buah kebanggaan Sumatera Barat yang berpusat di Kabupaten Limapuluh Kota. Kabupaten inilah penghasil jeruk terbesar di Sumbar. Kelebihan jeruk ini bentuknya besar, kulitnya tebal, kandungan vitamin C nya sangat tinggi. Rasanya sangat manis pula dan menjadi dambaan pecinta jeruk.  

Baca Juga

Di musim panen, hampir setiap hari ratusan ton jeruk keluar dari Limapuluh Kota (khususnya di tiga kecamatan, yaitu Gunung Omeh, Bukit Barisan dan Suliki) di bawa ke Payakumbuh, Bukittinggi, Padang hingga keluar provinsi seperti Pekanbaru, Jambi, Bengkulu serta pasar-pasar tradisional yang ada di pulau Sumatera.

Bahkan sejak 15 tahun lalu, Jesigo telah merambah supermarket dan mall-mall di kota besar. Apalagi telah mendapat sentuhan dari beberapa SKPD  terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan  UMKM dan bahkan pihak swasta. 

Dengan kemasan yang menarik, serta ketersediaan barang yang tetap terjaga, Jesigo sudah menembus istana negara, menjadi bahan snek rapat- rapat kepresidenan. 

Pasar begitu luas dan menyebar, usaha tanaman jeruk ini benar-benar menguntungkan dan menjanjikan sehingga memicu semangat masyarakat untuk terus  mengembangkan usahanya. Tidak ada lahan yang kosong, dan bahkan tidak sedikit juga pengusaha lokal ataupun luar daerah yang berinvestasi  besar-besaran dalam mengembangkan usaha ini.

Pemprov Sumbar dan Pemkab Limapuluh Kota juga berusaha optimal dalam menyediakan sarana pendukung, seperti infrastruktur jalan, memperbaiki jembatan yang rusak dan pendampingan petani dalam mengelola dan  mengembangkan usaha pertanian ini. Pendapatan petani meningkat.

Menurut data Dinas Pertanian Pemkab Limapuluh Kota, produksi jeruk pada 2018 berjumlah 45.077.0 ton, pada 2019 menurun menjadi 39.593.0 ton. Begitu juga pada 2021 kembali turun menjadi 38.368.4 ton.

Seiring dengan perjalanan waktu, ketika petani di tiga kecamatan penghasil jeruk yang tergabung dalam 385 kelompok tani masih konsisten dengan konsep pengembangan pertanian jeruk, petani yang berusaha secara mandiri mulai tergoda menggunakan pupuk an-organik serta pestisida tanpa wawasan yang cukup. 

Dan ketika ada hama atau gangguan terhadap usahanya, seperti buah jeruk yang masih kecil-kecil berulat, busuk dan jatuh, maka dalam pikiran mereka adalah pestisida dengan merek tertentu, dosis yang lebih tinggi, serta intensitas penyemprotan pestisida lebih ditingkatkan. 

Dalam beberapa waktu, hama atau gangguan terhadap buah jeruk memang bisa diatasi, tetapi ketika dihitung biaya produksi dengan keuntungan yang  didapat teryata lebih besar modal dari pada pendapatan keuntungan. Maka  petani jeruk mulai menjerit.

Puncaknya dalam tiga tahun terakhir ini, ternyata hama yang menyerang buah jeruk sudah menjadi wabah. Petani kewalahan bahkan angkat tangan, sehingga banyak dari mereka yang mau beralih ke jenis tanaman lainnya.

Melihat kondisi petani jeruk yang sangat memperihatinkan ini, saya bersama beberapa dinas terkait dan Bupati Limapuluh Kota, turun ke lapangan. Bertatap muka dan mendengar langsung keluh kesah  mereka. 

Dari kunjungan selama satu hari penuh itu, saya dapatkan informasi dan data dari petani. Sebelum ada hama lalat buah, mereka bisa memanen jeruk sampai 200 kg dari 150 batang/minggu. Sebaliknya ketika hama ini telah mewabah, mereka hanya bisa memanen 40 -50 kg/pekan.  

Berdasarkan informasi dan masukan dari teman-teman penyuluh, saya  menyimpulkan, kebijakan strategis dan taktis dalam rangka penyelamatan usaha pertanian jeruk harus diambil dan dilakukan bersama-sama, baik oleh pemerintah provinsi, kabupaten, kecamatan, nagari dan tentunya semua masyarakat di sana.

Gerakan bersama  dan serentak terkait penyelamatan Jesigo harus disegerakan. Koordinasi semua pihak terkait tidak boleh terlambat agar Jesigo tidak menjadi kenangan seperti jeruk Pasaman atau jeruk Kacang –Solok. Dari sudut pandang agama, hama yang menyerang jeruk secara berketerusan bisa kita pahami sebagai musibah atau ujian dari Allah SWT. Mungkin ada hak-hak Allah SWT yang terlalaikan oleh petani jeruk.

Karena sibuk dengan bertani dan memelihara tanaman, lupa atau lalai dengan shalat lima waktu. Atau ketika panen dengan keuntungan yang menggembirakan, lupa membayar zakat atau sekadar infak.

Adapun dari sudut pandang ilmiah yang juga diajarkan oleh agama, kita mesti melakukan usaha penyelamatan seoptimal mungkin. Dari beberapa masukan penyuluh yang ikut hadir dalam kunjungan lapangan itu, dapat disimpulkan, gerakan bersama dan serentak untuk memberantas hama jeruk itu dimulaidari jadwal menanam, memberi pupuk, pemakaian pestisida, pengasapan/foging, pemasanganperangkap ulat, serta panen. 

Penyuluh juga menyarankan agar petani jeruk mau beralih kepada pupuk kompos atau organik, serta mengurangi pestisida. Dari sekian banyak rekomendasi penyuluh, sebenarnya tidak ada yang berat, tetapi butuh keseriusan semua pihak terkait untuk mengawal gerakan bersama ini, terutama dalam memberikan edukasi dan pendampingan kepada petani.

Dalam waktu dekat ini, Pemprov Sumbar dan Pemkab Limapuluh Kota akan melakukan rakor untuk menyepakati langkah-langkah kebijakan yang diambil dalam waktu pendek ataupun jangka panjang. Kita akan libatkan semua pihak dan stakeholder terkait dalam rangka peneyalamatan ini.

Kita juga mengimbau para akademisi, peneliti untuk ikut turun melakukan kajian dan  penelitian sehingga kebijakan yang akan kita ambil bersama bisa tepat sasaran, Jesigo terselamatkan dan petani kembali bisa tersenyum dan tetap semangat serta bangga jadi petani jeruk. Apalagi jeruknya, Jesigo sudah ternama pula.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِنْ طَلَّقْتُمُوْهُنَّ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَمَسُّوْهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيْضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ اِلَّآ اَنْ يَّعْفُوْنَ اَوْ يَعْفُوَا الَّذِيْ بِيَدِهٖ عُقْدَةُ النِّكَاحِ ۗ وَاَنْ تَعْفُوْٓا اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۗ وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Dan jika kamu menceraikan mereka sebelum kamu sentuh (campuri), padahal kamu sudah menentukan Maharnya, maka (bayarlah) seperdua dari yang telah kamu tentukan, kecuali jika mereka (membebaskan) atau dibebaskan oleh orang yang akad nikah ada di tangannya. Pembebasan itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu lupa kebaikan di antara kamu. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

(QS. Al-Baqarah ayat 237)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement