Kamis 19 May 2022 18:43 WIB

Empat Ekor Sapi di Solok Selatan Terdeteksi Alami Gejala PMK

Saat ini sampel dari empat ekor sapi diperiksa di Balai Veteriner Bukittinggi.

Red: Nora Azizah
Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, menemukan gejala Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sebanyak empat ekor sapi dan sudah diambil sampelnya untuk diperiksa di laboratorium.
Foto: Prayogi/Republika.
Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, menemukan gejala Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sebanyak empat ekor sapi dan sudah diambil sampelnya untuk diperiksa di laboratorium.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG ARO -- Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, menemukan gejala Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sebanyak empat ekor sapi dan sudah diambil sampelnya untuk diperiksa di laboratorium. "Gejala yang kami temukan yaitu air liur berlebih serta luka dalam mulut dan kuku, sekarang sampelnya sedang diperiksa di Balai Veteriner Bukittinggi untuk memastikan hasilnya," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Solok Selatan Irwan Supriadi di Padang Aro, Kamis (19/5/2022).

Ia mengemukakan bahwa empat ekor sapi yang bergejala PMK berada di Sungai Lambai Kecamatan Sangir dan Sangir Balai Janggo masing-masing dua ekor. Sedangkan pihak yang berhak menentukan hewan ternak positif PMK katanya, hanya laboratorium dan itu berada di Bukittinggi.

Baca Juga

Dia mengatakan, petugas sudah memberikan obat serta vitamin pada sapi yang masih sehat serta memisahkan sapi yang tergejala. Pihaknya sudah memesankan kepada kelompok tani yang sapinya tergejala PMK untuk tidak menerima tamu serta melarang sapi dari luar masuk. Dia menyebutkan, Informasi dari kelompok tani di Sungai Lambai Kecamatan Sangir sapi yang terindikasi PMK baru dibeli di pasar Muarapanas.

"Sapi ini dibeli oleh kelompok sebelum surat edaran dikeluarkan Pemkab," ujarnya.

Dia menjelaskan, kalau ditemukan positif PMK maka akan berdampak pada Inseminasi Buatan (IB). "Kalau ditemukan positif PMK maka radius 10 kilometer IB dihentikan sementara untuk mencegah penularan," ujarnya.

Pada 2022, katanya, Solok Selatan menargetkan IB 1.000 ekor dengan target kebuntingan 70 persen. Dia menambahkan, berdasarkan informasi dari balai veteriner masa inkubasi virus dua minggu dan jika dalam lima hari ternak bisa bertahan kemungkinan hidup tinggi.

Untuk tingkat kematian akibat virus ini pada sapi dewasa hanya lima persen tetapi bagi sapi di bawah dua tahun rentan kematian. Pemkab Solok Selatan, akan membatasi penjualan ternak ruminansia ke luar daerah sebagai upaya menjaga ketersediaan kebutuhan hewan kurban pada Idul Adha tahun ini di daerah itu. Selain untuk memenuhi kebutuhan di Solok Selatan, katanya, daerah itu juga memasok hewan kurban untuk Kota Padang dan sekitarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement