Rabu 22 Jul 2015 21:44 WIB

DPD RI : Pelni Harus Utamakan Keselamatan Penumpang

Parlindungan Purba (berjongkok) didampingi GM PT Pelindo I dan GM PT Pelni sedang berbicara dengan penumpang KM Kelud yang memiliki tiket namun tidak memiliki tempat duduk.
Foto: dok DPD RI
Parlindungan Purba (berjongkok) didampingi GM PT Pelindo I dan GM PT Pelni sedang berbicara dengan penumpang KM Kelud yang memiliki tiket namun tidak memiliki tempat duduk.

REPUBLIKA.CO.ID, BELAWAN -- Kesiapan sarana transportasi khususnya laut pada saat arus mudik maupun arus balik menjadi perhatian Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI). Karena itu, Ketua Komite II DPD RI Parlindungan Purba menegaskan,  Pelni harus mengutamakan keselamatan penumpang.

Penegasan itu disampaikan Parlindungan saat meninjau arus balik lebaran 1436 H di Pelabuhan Belawan didampingi oleh GM PT Pelindo I Sahat Tambunan, GM PT Pelni Budi Santoso, dan Wakapolres Belawan AKP Josua Tampubolon, baru-baru ini.

Arus balik Lebaran 2015 jalur laut dengan menggunakan Kapal Pelni KM Kelud pada Selasa (21/7) , pukul 12.00 dengan tujuan Tanjung Balai, Pulau Batam, dan Jakarta dipenuhi 2.884 penumpang.  Parlindungan yang langsung menuju dek, menemui para penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk (no seat). Artinya, mereka memesan tiket dan sudah mengetahui akan duduk (bertempat) di luar dek.

Kepada Parlindungan, penumpang tersebut mengaku meski tak mendapat tempat duduk namun tetap naik kapal. Alasannya ingin cepat sampai tujuan ke kampungnya. KM Kelud menjadi pilihan karena murah walau harus berdesak – desakan.

Di anjungan KM Kelud, Parlindungan  menanyakan tentang kesiapan kru dan awak kapal jika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan, dan sebagainya. Atas pertanyaan tersebut, GM PT Pelni Budi Santoso menjelaskan bahwa SOP untuk hal tersebut telah disiapkan Sekoci (perahu kecil penyelamat-red) untuk penumpang yang memiliki tempat duduk (seat). Sedangkan untuk penumpang yang tidak memiliki tempat duduk (no seat) telah disiapkan pelampung yang bertahan selama dua hari di lautan dengan jumlah 4.000 unit.

Budi menjelaskan, di setiap koridor kapal disiapkan monitor untuk menjelaskan mekanisme keselamatan untuk dapat dilihat para penumpang. “Saya menyambut baik akan hal ini, tetapi ada kalanya, manajemen harus buat simulasi secara praktik karena teori dan praktik berbeda jauh” tegas Parlindungan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement