Friday, 18 Jumadil Akhir 1446 / 20 December 2024

Friday, 18 Jumadil Akhir 1446 / 20 December 2024

'Hantu Spekulan Lebih Berbahaya Dibanding Komunis'

Jumat 20 May 2016 05:14 WIB

Red: Dwi Murdaningsih

Pekerja memeriksa bawang merah yang dikeringkan di Gudang Bulog Divre Jakarta, Senin (16/5).  (Republika / Wihdan )

Pekerja memeriksa bawang merah yang dikeringkan di Gudang Bulog Divre Jakarta, Senin (16/5). (Republika / Wihdan )

Foto: Republika/ Wihdan

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI Irman Gusman mengatakan bahwa hantu spekulan yang membuat harga-harga bahan pokok meningkat jauh lebih berbahaya daripada paham komunis yang kini jadi polemik di masyarakat.

"Hantu spekulan justru lebih berpotensi merongrong negara daripada mengulas paham komunis yang sudah terbukti gagal eksis di negara ini," kata Irman saat meninjau gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) di Kota Bengkulu, Kamis (19/5).

Ia mengatakan aksi spekulan menyebabkan inflasi tinggi dalam perekonomian, sebab harga-harga masih bertahan pada posisi tinggi. Dia mencontohkan spekulan yang berdampak pada harga daging sapi. Harga daging sapi bertahan pada harga Rp 120 ribu per kilogram, harga gula pasir naik menjadi Rp 14 ribu per kilogram.

"Padahal, harga rata-rata gula pasir di pasar dunia hanya Rp 5.000 per kilogram," ucapnya.

Irman mencontohkan di negara Malaysia yang membuat aturan bahwa penimbunan sembako adalah tindakan represif atau tindak kejahatan yang membahayakan negara. Berdagang menurut Irman masih dapat ditolerir bila membeli harga Rp 10 ribu dijual Rp 12 ribu. Sedangkan pedagang yang membeli Rp 9 ribu lalu menjadi Rp 25 ribu, termasuk spekulan berbahaya.

Lebih lanjut, Ketua DPD dari daerah pemilihan Sumatera Barat ini mengatakan saat ini dunia sedang menghadapi tiga krisis, salah satunya adalah krisis pangan. Ia berpendapat, fungsi Bulog seharusnya tidak lagi menjadi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, tapi stabilisasi harga untuk kesejahteraan rakyat.

Sumber : antara
  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler