Thursday, 17 Jumadil Akhir 1446 / 19 December 2024

Thursday, 17 Jumadil Akhir 1446 / 19 December 2024

DPD Apresiasi Kehadiran Toko Tani Indonesia

Selasa 21 Jun 2016 15:19 WIB

Rep: umi nur fadilah/ Red: Taufik Rachman

Warga semringah ketika membeli sembako murah di stand Toko Tani Indonesia, di CFD Dago, Kota Bandung, Ahad (15/5). (Foto: Dede Lukman Hakim)

Warga semringah ketika membeli sembako murah di stand Toko Tani Indonesia, di CFD Dago, Kota Bandung, Ahad (15/5). (Foto: Dede Lukman Hakim)

Foto: Dede Lukman Hakim

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Komite II DPD RI meminta Kementerian Pertanian (Kementan) RI mengembangkan Toko Tani Indonesia (TTI) yang sudah tersebar di sejumlah daerah di Indonesia.

"Kami apresiasi TTI, tolong dieksplor," kata Ketua Komite II DPD RI, Parlindungan Purba dalam rapat dengar pendapat dengan Kementan RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (21/6).

Alasannya, ia menuturkan, dari banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu yang mempunyai lahan cukup luas. Sehingga, sangat disayangkan apabila lahan tersebut tidak dimanfaatkan untuk pertanian.

Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Gardjita Budi menjelaskan, awalnya TTI didesain untuk menstabilkan harga beras di pasaran. Sehingga, petani dapat menjual langsung beras di pasaran tanpa perantara, dengan harga yang kompetitif.

Gardjita menjelaskan, pemerintah memberikan bimbingan teknis kepada TTI di seluruh Indonesia. Sebanyak satu gabungan kelompok tani (Gapoktan) akan membawahi dua TTI di setiap daerah.

"Menghadapi Lebaran, TTI diberi tugas membantu stabilisasi harga, masyarakat dapat akses pangan," ujar dia.

Ia berujar, melalui TTI, pemerintah berupaya menekan sejumlah harga kebutuhan pokok, seperti beras, bawang, daging ayam dan daging sapi agar tidak melambung di pasaran. Ia menjabarkan, TTI mencoba menekan harga beras agar berada di angka Rp 8.000 per kilogram (kg) atau, minimal memudahkan  masyarakat mengakses beras berkualitas bagus.

Untuk bawang, TTI berupaya menjual komoditas tersebut seharga Rp 28 ribu per kg di daerah sentral produksi. "Saya harap bisa turun lagi ke Rp 23 ribu. Tapi harga rendah, juga tak bagus untuk petani," tutur dia.

Sementara untuk cabai, Gardjita memastikan tidak ada masalah ihwal harga maupun pasokan di pasaran. Sementara daging ayam, ia menuturkan, Indonesia memunyai stok yang cukup baik untuk bulanan maupun tahunan. TTI berpartner dengan perusahaan, berupaya menekan harga daging ayam berada di kisaran Rp 30 ribu.

Untuk daging sapi, Gardjita menuturkan, saat ini Indonesia mempunyai stok yang cukup, kendati, 30 persennya adalah impor. Ia mengaku, impor daging sapi terpaksa dilakukan, salah satunya untuk merendahkan harga di pasaran.

Kementan juga mencoba menterjemahkan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar harga daging sapi di pasar maksimal Rp 80 ribu. Salah satunya, yakni mempatnerkan pengusaha dan penggemukan sapi (feedloter).

"(Untuk menekan harga daging sapi) TTI juga dilibatkan, kurang lebih jg ada 20 perusahaan. Sudah dijalankan, merwka bisa menjual daging sapi beku maksimal Rp 79 ribu," tutur dia.

Untuk mencukupi ketersediaan daging sapi di Indoensia, Gardjita mengungkapkan, Kementan sudah menyiapkan sebanyak 8.110 ton daging beku, 1.000 ekor sapi potong, 1.000 ton kakas.

"Minimal di 18 pasar tradisional Jakarta, dimasukkan saru hingga dua ton daging per hari," jelasnya.

Sementara untuk minyak goreng, ia berujar, TTI berupaya menekan harga senilai Rp 9.500 dan gula dibanderol seharga Rp 12 ribu.

Ia mengungkapkan, Kementan tidak dapat bekerja sendiri merealisasikan program-program tersebut. Ia menuturkan, setidaknya ada empat kementerian yang diajak untuk mewujudkan program itu.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler