REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR Ade Komarudin meminta pemerintah jangan berkompromi terkait penyanderaan 10 warga negara Indonesia (WNI) oleh kelompok Abu Sayyaf, sehingga perlu dilakukan operasi secara tepat.
"Jangan pernah kompromi, lakukan operasi secara tepat. Jangan khawatir, kita sudah pernah berhasil melakukan operasi," katanya di Gedung Nusantara III DPR, Jakarta, Selasa (29/3).
Dia mengatakan, Indonesia memiliki pengalaman terkait penyanderaan WNI yaitu ketika peristiwa Woyla pada Maret 1981 yang dilakukan lima teroris pimpinan Imran bin Muhammad Zein dari Komando Jihad.
Menurut Ade, semua pihak keamanan pasti bisa mengambil langkah tepat sehingga dirinya yakin upaya pembebasan tersebut akan berhasil.
"Operasi Woyla itu berhasil, jadi saya yakin dan percaya pada pengamanan di negara ini bisa melakukan yang terbaik, dan kita jangan pernah kompromi," ujar Ade.
Ade mengatakan, terkait permintaan uang senilai Rp 15 miliar dari kelompok tersebut, Ade menilai hal itu merupakan bentuk 'pemerasan' terhadap Indonesia. Dia menegaskan Indonesia tidak boleh takut terhadap aksi premanisme yang dilakukan para teroris karena menyangkut harga diri bangsa dan negara Indonesia. "Terlalu mahal harga diri bangsa terhadap suatu upaya sedikit kelompok yang melakukan upaya itu," katanya.
Dia mengatakan, upaya melindungi warga negara merupakan perintah UUD 1945 sehingga harus dilaksanakan pemerintah.