REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Anggota Komisi VIII DPR Hamka Haq berharap kalangan perguruan tinggi Islam harus setia dan istiqomah pada IAIN jangan menjadi UIN. Sebab, selama ini kampus yang telah berubah menjadi UIN justru menjadikan fakultas agama sebagai anak tiri.
Hal itu ditegaskannya saat kunjungan kerja dengan Rektor IAIN Pontianak Hamka Siregar di aula kampus tersebut, belum lama ini. Dalam rangkaian kunjungan kerja yang dipimpin Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay ini hadir pula Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam Kemenag Anton Bactiar, dosen, dekan dan mahasiswa IAIN Pontianak.
Hal yang sama dikatakan Ketua Tim Kunker Saleh P. Daulay. Kunjungan ini untuk mengetahui bagaimana perkembangan kampus perjuangan umat Islam ini ke depan dan proyeksinya seperti apa. Berdasarkan informasi kamps IAIN Pontianak ini baru memiliki 1 profesor.
Selain itu ada kekhawatiran bagi kalangan mahasiswa. Ada kemungkinan, jangan-jangan nanti fakultas dakwah, tarbiyah dan syariahnya ditutup. Sebab, calon mahasiswa akan lebih senang masuk fakultas umum seperti teknik, kedokteran dan fisip.
“Jadi tidak usah muluk-muluk mau berubah jadi UIN dan segala macam. Nanti kalau sudah kuat infrastrukturnya, dosen sudah cukup dan mahasiswa memang membutuhkan, itu kita silahkan,” ujar Saleh.
Dalam kunjungan tersebut, Rektor IAIN Pontianak Hamka Siregar mengeluhkan kecilnya anggaran yang dikucurkan sehingga untuk membangun satu tower baru disetujui setelah puluhan tahun. Selain itu, pembangunan IAIN selama ini hanya terpusat di Jawa kalau tidak di Malang, Surabaya, Yogyakarta dan Bandung.
“Kami yang di luar Jawa ini selalu menjadi anak tiri.Tapi mudah-mudahan yang dijanjikan anggota Komisi VIII menjadi angin segar, bahwa anggaran untuk IAIN Pontianak akan ditingkatkan,” ujar dia.
Ikut dalam kunker yang dipimpin Ketua Komisi VIII DPR Saleh P. Daulay ini Itet Tridjajati Sumarijanto, M. Hasbi Assyidiki Jayabaya dari FPDI-P, Wenny Haryanto dan Zulfadhli (FPG), Ruskati Ali Baal (F.Gerindra), Dwi Astuti Wukandari dan Linda Megawati (FPD), Bisri Romli dan Arzeti Bilbina Setiawan (FPKB), M. Iqbal Romzi (FPKS), KH Muslich ZA (FPP) dan Hj. Trimurny (F.Nasdem).