REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR RI Siti Masrifah mengatakan obat palsu semakin diminati masyarakat karena harganya yang lebih murah dari obat asli dan pola distribusinya bermacam-macam, terutama menggunakan fasilitas dalam jaringan (daring).
"Kenapa obat palsu ini semakin merajalela? Karena murah harganya. Kita tahu selama ini obat yang legal itu dijual dengan harga mahal, karena bahan-bahan yang dipakai sebagai obat itu masih mengimpor dari luar negeri," kata Siti di acara Seminar Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) bertajuk "Bahaya Obat Palsu" di Jakarta, Ahad (15/5).
Merujuk penelitian BPOM, dia mengatakan Jakarta menjadi pusat peredaran obat-obatan palsu di Indonesia. Untuk itu, perlu penguatan dalam pengawasan dan penegakkan hukum terkait peredaran obat palsu di berbagai kota di Indonesia, terutama Ibu Kota.
Selain persoalan peredaran obat palsu, kata anggota Fraksi PKB, pemerintah dan masyarakat juga menghadapi tantangan yaitu persoalan peredaran obat palsu yang dipasarkan lewat internet.
"Saat ini juga marak penjualan obat-obatan secara 'online' (daring). 'Online' ini tidak bisa disaring secara hukum dan BPOM tidak bisa secara penuh untuk melakukan pengawasan terhadap apa yang dijual di 'online'," ucapnya.
Siti berpesan agar masyarakat berhati-hati saat membeli obat dengan harga yang sangat murah. "Jangan membeli obat di tempat sembarangan. Dilihat juga kemasannya dan izin edarnya. Menurut saya ini yang penting serta harus diperhatikan masyarakat saat ingin membeli obat."
Sebelumnya, Kepala BPOM Roy Sparringa mengatakan peredaran kosmetik di Jakarta juga merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia, selain obat-obatan.
"Apa yang ditemukan ini merupakan fenomena gunung es, yang secara riil nilai produk ilegal bisa lebih besar dari apa yang kami sita," katanya.