REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta mengambil langkah antisipasi setelah dua sandera asal Indonesia berhasil menyelamatkan diri dari Abu Sayyaf.
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antarparlemen Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ( BKSAP DPR RI), Rofi Munawar mengatakan ada kekhawatiran Abu Sayyaf akan menumpahkan kemarahan pada sisa sandera.
"Kita bersyukur dua orang sandera WNI berhasil kabur dari sekapan kelompok Abu Sayyaf. Namun, kejadian tersebut dikhawatirkan akan membuat kelompok Abu Sayyaf melakukan respons yang tidak diharapkan terhadap sandera yang masih tersisa. Karenanya, Pemerintah harus segera bertindak dan merespons cepat," ucap Rofi Munawar dalam siaran persnya, Jumat (19/8).
Militer Filipina mengatakan pada Rabu (17/8), pasukannya menemukan sandera Indonesia yang disebut bernama Ismail, di Bual, Luuk, provinsi Sulu, sembilan jam setelah ditemukannya Muhamad Sufyan, satu dari tujuh awak TB Charles yang diculik kelompok Abu Sayyaf. Mereka berdua berhasil melarikan diri dari kelompok teror tersebut.
Rofi menyadari langkah pembebasan sandera tidak mudah karena perlu melewati wilayah yang sulit dan adanya kendala diplomasi. "Tapi dari apa yang berkembang hingga saat ini progress yang dihasilkan belum memuaskan," katanya.
Menurutnya, perlu ada usaha yang lebih intensif untuk membuka jalur nonformal dan memberdayakan jejaring yang ada. Selain itu, operasi intelijen dan membuka opsi infiltrasi militer dengan segera.
"Dengan keberhasilan dua orang sandera lolos dari sekapan kelompok Abu Sayyaf, sesungguhnya menjadi peluang bagi pemerintah Filipina dan Indonesia melakukan langkah-langkah pembebasan yang lebih terukur. Informasi bisa didapatkan lebih mudah," katanya.
Mayor Filemon Tan dari Komando Mindanao mengatakan, sejauh ini Abu Sayyaf masih menahan 15 sandera asing, termasuk seorang warga Norwegia, seorang warga Belanda, lima orang Malaysia dan delapan orang Indonesia. Selain itu, militan juga menyandera delapan warga Filipina di persembunyian mereka di hutan Filipina Selatan.