DPR: Isu Rush Money Teror Terhadap Ekonomi Nasional

Senin , 21 Nov 2016, 08:03 WIB
 Warga menarik uang di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan, Jakarta, Rabu (1/7).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Warga menarik uang di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan, Jakarta, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya isu rush money (penarikan uang besar-besaran) ditanggapi serius oleh anggota Komisi XI DPR RI, M. Sarmuji. Menurutnya tidak ada alasan untuk terjadi rush. Karena itu, siapa yang membuat wacana rush money, pasti bermaksud buruk.

Menurutnya, mereka ingin memancing di air keruh, dan tidak menutup kemungkinan memiliki motif politik. ''Isu rush money adalah teror terhadap ekonomi nasional. Mereka yang mengisukan adalah mereka yang menginginkan situasi negara memburuk,'' kata Sarmuji, di Jakarta, Ahad (20/11).

Sarmuji menilai, isu ini dihembuskan mengiringi momentum demo besar tanggal 4 November lalu. Dengan melempar isu rush money, sambung dia, mereka berharap ada eskalasi yang dipicu oleh memburuknya situasi ekonomi. Sebab, mereka sadar benar, gejolak politik tidak akan bisa membesar tanpa ada keterpurukan ekonomi.

Ia menuding, pihak-pihak yang menghembuskan isu rush money pasti sudah menyusun skenario lanjutan jika benar terjadi rush. ''Oleh karena itu penting dilakukan konsolidasi nasional untuk mengadang skenario politik yang mereka susun,'' ujarnya.

Politikus Partai Golkar itu mengatakan, apa yang dilakukan oleh presiden dengan bersilaturahmi ke segenap kekuatan sosial politik sudah benar. Namun, upaya presiden itu harus diikuti dengan koordinasi yang baik di antara institusi pemerintah baik BIN, Kepolisian, Kementerian dan lembaga, OJK, BI, Perbankan dan institusi lain.

''Kepolisian dan BIN harus segera menelusuri siapa yang menyebarkan isu rush money dan menyelidiki motifnya. Jika tidak, mereka dengan mudah akan membuat isu baru dengan tujuan instabilitas,'' ucap Sarmuji.