F-PKS: Kenaikan TDL Bisa Ganggu Pertumbuhan Ekonomi

Sabtu , 06 May 2017, 00:38 WIB
Anggota Komisi XI DPR, Ecky Awal Mucharam
Anggota Komisi XI DPR, Ecky Awal Mucharam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR, Ecky Awal Mucharam menilai, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang dilakukan pemerintah akan membebani masyarakat. Tak hanya itu, kenaikan TDL tersebut bisa berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.

Ecky menjelaskan, seperti yang selalu terjadi setiap ada kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah (administered price), dengan naiknya TDL, inflasi akan meroket. Ditambah, momen menjelang Ramadhan, dimana masyarakat sedang banyak mengeluarkan uang.

"Akumulasi dari kenaikan belanja masyarakat dan kenaikan harga listrik akan menggerek inflasi lebih buruk lagi,” kata Ecky dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (5/5).

Ecky menambahkan, sejak tiga tahun lalu, ekonomi Indonesia bergerak lamban. Sehingga, pendapatan masyarakat bawah tidak tumbuh tinggi. Pada situasi seperti ini ironisnya, pemerintah secara berkelanjutan menaikkan harga barang-barang yang diaturnya. Padahal, barang-barang tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.

"Akibatnya, daya beli makin tergerus dan berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi," kata Ecky.

Ecky melanjutkan, meski pemerintah beralasan penyesuaian harga TDL untuk golongan terentu saja, namun efek inflasi yang ditimbulkan pengaruhnya tidak dapat dibatasi hanya pada golongan yang TDL-nya dinaikkan. Justru menurutnya, golongan ekonomi lemah akan menjadi yang paling tergerus daya belinya karena membeli barang-barang yang relatif sama dengan golongan lainnya.

Tidak hanya sampai disitu, inflasi yang bergerak tajam akan menjadi sinyal negatif bagi sektor pembiayaan. Sehingga mendorong mereka menahan penurunan suku bunga. Bahkan, cenderung menaikkannya sebagai kompensasi terhadap penurunan nilai rill dari dana deposan.

Sektor keuangan pun, tegas Ecky, harus melakukan penyesuaian suku bunga ke atas untuk tetap menarik deposan. Sementara para pemilik modal akan mengkalkulasi inflasi untuk menentukan return of investment, baik di investasi portfolio maupun sektor rill. Secara keseluruhan, efeknya akan memperlambat laju ekonomi.