REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tutupnya sejumlah ritel di Indonesia bukan karena lesunya daya beli yang berdampak pada rugi. Sebab beberapa perusahaan ritel justru mengalami peningkatan laba.
Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Darmadi Durianto mengatakan, saat ini pengusaha sedang berada dalam keputusan irasional. Tidak sedikit yang merasa takut dengan banyaknya satuan tugas (Satgas) bentukan pemerintah.
"Mulailah akhirnya membuat mereka ketakutan makanya pertumbuhan kredit tujuh persen," katanya dalam diskusi Sejumlah Ritel Berguguran di Hotel Ibis Harmoni, Rabu (1/11).
Sementara, masyarakat banyak yang beralih untuk menabung. Sebagian orang bahkan enggan membelanjakan uang mereka dan sisanya memilih berbelanja ke ekonomi pengalaman. Meski, ia mengakui adanya ritel yang bangkrut. Namun ia menegaskan jika lesunya ritel bukan karena daya beli yang rendah.
"Riset tidak ada yang membuktikan jatuhnya ritel karena perubahan kebiasaan ekonomi ke online," ujarnya. Buktinya, kata dia, Ramayana bertumbuh, MAP mendapat laba dua kali lipat.
Bahkan, menurutnya, lebih dari 1.000 gerai elektronik, sebanyak 70 persen labanya mengalami kenaikan.
"Yang 30 persen teriak lesu. Apalagi 2018 tahun politik, makin banyak yang teriak sepi," katanya.