Jumat 23 Jul 2010 01:05 WIB

Pemimpin Agama di Eropa Bertekad Perangi Kemiskinan dan Kesenjangan

Pertemuan para pemimpin agama Eropa
Foto: dpa
Pertemuan para pemimpin agama Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL--Pemandangan yang tampak tak biasa terlihat di ruang sidang utama Komisi Eropa di Brussel, Swiss. Jubah-jubah panjang bewarna hitam, wajah berjambang, dan berbagai tutup kepala dikenakan para pesertanya. Meskipun pakaian yang dikenakan wakil-wakil umat Kristen, Muslim, Yahudi, Sikh atau Hindu tampak begitu beragam, tapi sasaran mereka satu, yakni memerangi kemiskinan.

 

Pekan ini, wakil-wakil kelompok agama terbesar di Eropa berkumpul untuk membahas tema yang sama, kemiskinan dan kesenjangan sosial. Pertemuan dipimpin langsung Ketua Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso.

Dalam pidato pembukaannya, ia memuji karya berbagai kelompok agama khususnya dalam masa krisis. "Krisis ekonomi dan keuangan memukul banyak orang. Tidak diragukan bahwa yayasan bantuan dan agama bagi banyak orang, sangat penting untuk membantu mereka melalui masa-masa sulit. Baik dalam bentuk bantuan materi maupun dukungan moral dan emosional."

Pernyataan yang diungkapkan Barroso itu memang tidak lazim, di tengah-tengah diskusi hangat di Uni Eropa menyangkut reformasi keuangan perlindungan iklim atau politik industri. Akan tetapi, Ketua tetap Dewan Eropa Herman van Rompuy bahkan memandang Eropa dalam posisi khusus. "Uni Eropa harus menjadi perhimpunan norma-norma. Itu adalah nilai tambah kita di dunia ini. Ini merupakan kekuasaan 'lembut' Eropa di dunia."

Tentang definisi kemiskinan, Kardinal Hungaria dan Ketua Dewan Uskup Eropa, Peter Erdö menyatakan kemiskinan bukan hanya masalah kesejahteraan materi, melainkan menyangkut masalah antropologi. "Kita harus bersama-sama mencari apa yang penting bagi manusia, apa yang secara antropologis mendasar bagi kesejahteraan manusia," ujarnya.

Menanggapi pertanyaan para wartawan mengenai masalah larangan cadar, tidak ada satupun wakil-wakil kelompok agama yang bersedia mengeluarkan pernyataan.

Sementara itu, Bekir Alboga, wakil dari Perhimpunan Islam Turki di Jerman menegaskan kesediaan bekerja sama. Ia juga meminta diijinkan berbicara dalam bahasa Jerman, "Jika sudah menjadi bagian dari Jerman, bagian dari perhimpunan norma ini, maka kami juga bahagia dapat mengeluarkan pendapat kami dalam bentuk dialog seperti ini. Dan kami tetap akan mengajukan usulan secara tertulis kepada Ketua Komisi, dan kami sebagai warga Muslim Eropa tetap akan ambil bagian, kami siap melakukannya.“

Pesan pertemuan dengan wakil-wakil kelompok agama terutama terletak pada pertemuan itu sendiri. Dan pertemuan ini sendiri diharapkan dapat menyuarakan: Kami saling menghormati termasuk peran masing-masing agama dalam masyarakat.

Van Rompuy yang beragama Katolik juga memandang, pentingnya diselenggarakan pertemuan selanjutnya dengan perhimpunan kepercayaan non religius. Karena Uni Eropa memandang dirinya netral dalam tema religi.

sumber : Deutsche Welle
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement