Jumat 29 Jun 2012 19:08 WIB

Muslim Pakistan Tampung dan Bina Ribuan Anak Yatim Korban Bencana

Rep: Agung Sasongko/ Red: Hazliansyah
Seorang Muslim Pakistan mempersiapkan tajil berbuka puasa bersama di sebuah masjid di Karachi pada hari pertama Ramadhan. Di Pakistan, Ramadhan hari pertama jatuh pada 2 Agustus.
Foto: AP Photo/Shakil Adil
Seorang Muslim Pakistan mempersiapkan tajil berbuka puasa bersama di sebuah masjid di Karachi pada hari pertama Ramadhan. Di Pakistan, Ramadhan hari pertama jatuh pada 2 Agustus.

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Bencana alam yang belakangan terjadi di Pakistan menyisakan ribuan anak terlantar. Melihat kondisi itu, komunitas Muslim Pakistan tergerak untuk meluncurkan program Aghosh (perlindungan) dan Kifalah (dukungan).

Kedua program itu pada intinya menyediakan tempat tinggal, makanan dan pendidikan bagi ribuan anak yang kehilangan orang tua mereka dalam bencana alam yang terjadi beberapa tahun belakangan. "Kami telah merencanakan program ini sejak lima tahun lalu, tapi baru sekarang kami jalankan mengingat ada beberapa hal yang mengganjal," papar Ejazullah Khan, Direktur Yayasan Al-khidmat seperti dikutip onislam.net, Jum'at (29/6).

Ezajullah mengungkap, untuk menjalankan program ini pihaknya harus mengeluarkan dana sebesar 22 juta dollar. Dana ini meliputi pembentukan markas untuk pelaksaan program Aghosh. Nantinya, markas ini akan menampung sekitar 500 anak yatim.

Dana tersebut juga dialokasikan untuk menggerakan program Kilafah. Setiap anak yatim yang tergabung dalam program ini akan mendapatkan bantuan sebesar 35 dollar per anak. Tapi jumlah itu akan berubah tergantung dari kebutuhan anak.

"Kami tentu tidak hanya sekedar menampung tapi tidak memikirkan pendidikan anak-anak. Kami tentu berharap akan mendapatkan dana lebih besar lagi mengingat akan banyak perubahan kebutuhan dari anak-anak seiring dengan pertambahan usia mereka," paparnya.

Ezajullah mengatakan pihaknya tidak menginginkan kejadian tahun lalu, ketika anak-anak yatim diadopsi kalangan non-Muslim. Mereka lalu didik di sekolah-sekolah misionaris. "Sebabnya, kami terpacu," paparnya.

Ia mengakui setiap LSM non-Muslim begitu cepat bergerak ketika terjadi gempa. Gerak cepat itulah, yang membuat mereka leluasa memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Sementara, tidak semua LSM Muslim memiliki kemampuan seperti itu.

"Kami tidak bisa menyalahkan mereka. Sebab, satu hal yang dipikirkan mereka ketika tertimpa bencana adalah bagaimana menyelamatkan hidup. Sulit untuk memikirkan dari mana asal bantuan ini, lantas motif apa yang ada dibaliknya. Jadi, program kami ini tidak hanya menyelamatkan jiwa mereka, tetapi keyakinan mereka," pungkasnya.

Lima tahun belakangan Pakistan dilanda beberapa bencana. Meskipun tidak ada statistik resmi, tetapi survei yang dilakukan oleh sejumlah LSM  memperkirakan ada 4,2 juta anak yatim di seluruh Pakistan, dan jumlah mereka telah jauh meningkat karena bencana alam terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement