Jumat 02 Jul 2010 05:12 WIB

Muhammadiyah Harus Evaluasi Diri

Rep: neni/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Sebagai "kado" Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, Cendekiawan muslim Prof Dawam Rahardjo bersama beberapa penulis lainnya yang "cinta" Muhammadiyah menulis buku yang diberi judul "Satu Abad Muhammadiyah": Mengkaji Ulang Arah Pembaruan". Buku tersebut diluncurkan dalam Bedah Buku "Satu Abad Muhammadiyah" di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (1/7).

''Buku yang ditulis hanya dalam waktu dua bulan ini kami harapkan sebagai "Kado" Muktamar Satu Abad Muhammadiyah,''kata penyunting dan salah satu penulis buku Satu Abad Muhammadiyah. Sebagai pembicara dalam bedah buku selain Dawam Rahadjo juga beberapa penulis lainnya seperti Siti Ruhaini Dzuhayatin dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Zuly Qodir dari FISIP UMY dan Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mantan Pengurus PP Muhammadiyah Prof Munir Muklas.

Dalam kesempatan ini Dawam menyampaikan kritikan serta penilaiannya terhadap Muhammadiyah selama ini terutama sejak 10 tahun terakhir ini bahwa Muhammadiyah kurang mengembangkan ajaran-ajaran para pendiri Muhammadiyah seperti Tauhid Sosial yang merupakan pemikiran KH Ahmad Dahlan. Tauhifd Sosial yang terdiri dari dua pilar yaitu dimensi hubungan Tuhan dengan manusia dan dimensi hubungan manusia dengan manusia khususnya yang diwujudkan dalam amal pebuatan dirasa mulai kehilangan ruhnya.

Oleh karena itu, saran Dawam, Muhammadiyah perlu menentukan sikap dan mengevaluasi diri agar tidak makin terjerumus pada fundalisme dan puritanisme. Selain itu, dia mengatakan sistem pendidikan Muhammadiyah masih menggunakan sistem pendidikan Barat. Sehingga pendidikan di Muhammadiyah menjadi seperti asesoris dan belum mengembangkan pendidikan Islam itu sendiri.

Padahal dari segi pemikiran konon Muhammadiyah diilhami oleh pemikiran pembaruan pengembangan ilmu pengetahuan di lingkungan Islam Muhammad Abduh. Demikian pula isu epistemologi yaitu filsafat ilmu pengetahuan di dalam Islam, tidak pernah dikembangkan oleh Muhammadiyah, kecuali oleh Amin Abdullah, pakar hermeneutika dari UIN Sunan Kalijaga.

Seharusnya pemikiran-pemikiran mengenai 'nalar Islam' ini paling tidak mendapat tanggapan dari lingkungan Muhammadiyah. Di sinilah sebetulnya Muhammadiyah telah gagal di dalam mengembangkan pemikiran-pemikiran yang diilhami oleh pemikiran pembaruan dan modernisasi Muhammad Abduh. ''Dengan demikian maka saya katakan bahwa Muhammadiyah tidak bisa disebut sebagai gerakan pembaru,''ungkap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement