Selasa 20 Dec 2011 13:58 WIB

Inilah Tiga 'PR' Umat Islam di Tahun 2012

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Dzikir Nasional, di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Foto: Republika/Yogi Ardhi Cahyadi
Dzikir Nasional, di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tak lama lagi, tahun Masehi 2011 berakhir. Momentum ini, melanjutkan momentum tahun baru 1433 H. Umat Islam perlu melakukan introspeksi diri guna menjadi menciptakan perubahan lebih baik di tahun-tahun berikutnya.

Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnaen, menilai ada tiga persoalan penting yang perlu mendapat perhatian umat di masa depan. Tiga persoalan tersebut mendesak untuk dicarikan solusi.

Persoalan pertama, soal pemuda dan pelajar. Seiring berjalannya waktu, pemuda dan pelajar kerap terlibat dalam peristiwa tawuran antar sesama. Belum lagi aksi demonstrasi yang berujung anarkis seperti merusak fasilitas dan mengganggu ketertiban umum. "Ini yang saya khawatirkan bila tidak ditemukan solusinya," papar dia saat berbincang dengan Republika Online, Kamis (15/12).

Karena itu, Tengku mengharapkan peran pemerintah, ulama dan media untuk saling bekerjasama menemukan solusinya agar tidak berkembang ke arah yang lebih buruk. Khusus media massa, ia mengharapkan keluarga besar Republika turut aktif dalam menyuarakan nasionalisme dan rasa kasih sayang kepada para pemuda melalui pemberitaannya.

"Mereka ini kalangan terdidik, mereka seharusnya membaca berita. Nah, kalau media memaparkan kecintaan terhadap sesama dan bangsa, Insya Allah akan menjadi solusi efektif. Selain itu, jangan beritakan tawurannya. Di luar negeri itu, media massa memberitakan bagaimana meredam aksi bernuansa anarkis," kata dia.

Persoalan kedua, ia mencatat ada peningkatan rasa tanggungjawab sosial dari umat Islam. Hal itu tercermin dalam peningkatan jumlah zakat dan sedekah yang diberikan kepada umat Islam. "Hal ini perlu dipertahankan, dan sewajarnyalah ditingkatkan," kata dia.

Persoalan ketiga, lanjut Tengku, masyarakat belum paham ekonomi syariah. Padahal, infrastruktur pendukung ekonomi syariah telah dibangun. Begitu pula dengan para pelaku ekonomi syariah yang begitu bersemangat mengembangkan. "Sewaktu belum ada UU Syariah, kita didesak untuk membangun keuangan syariah dalam perekonomian Indonesia. Namun, perkembangannya tak lebih dari 3.5 persen," ujarnya.

Yang memprihatinkan lagi, ungkap Tengku, masyarakat masih menganggap ekonomi syariah dan konvensional itu sama. Padahal, jelas berbeda. "Ini yang kita soroti. Insya Allah, pada tahun 2012, apabila hal itu diperbaiki, umat Islam Indonesia bakal meraih kemajuan," pungkas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement