REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyaknya jamaah yang menghadiri Dzikir Nasional Republika yang ke-10 menurut Hidayat Nur Wahid, menandakan dzikir sebagai salah satu agenda yang membawa barakah.
"Selalu terlihat ada progres jumlah jamaah yang hadir, ustadz yang hadir dan program yang semakin banyak, menandakan bahwa acara ini bukan hanya barokah dari sisi spiritualitas, tapi secara sosiologis juga bisa diterima masyarakat," ujar Hidayat.
Ia mengatakan aktivitas dzikir dihadirkan agar momentum pergantian tahun tak dihabiskan dengan hura-hura. Ia mengingatkan dengan tahun baru, selayaknya manusia lebih banyak bersyukur.
Dzikir, ia menambahkan, merupakan saat yang tepat untuk mengingat siapa diri kita. "Karena kita hamba Allah, kita memiliki kewajiban untuk menyembah Allah dengan mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya," kata mantan Ketua MPR ini.
Ia mengingatkan, menjalankan perintah Allah berarti melakukan amar makruf. "Kita diperintahkan untuk menyambung silaturahim, profesional, menjalankan amanah," ujar dia. Selain itu, ia menambahkan, sebagai hamba Allah manusia juga harus melakukan nahi munkar. "Kita dilarang korupsi, merusak lingkungan!"
Menurut Hidayat, dengan mengikuti Dzikir Nasional bisa meningkatkan kesadaran bahwa kita tidak sendiri. Tak perlu melakukan perbuatan yang mencederai ingatan seperti mabuk-mabukan, narkoba atau seks bebas. "Dengan ikut dzikir, kita jadi tahu kawan kita yang baik ternyata banyak," kata dia.
Ia juga melihat momen tahun baru sebagai saat yang tepat untuk introspeksi diri. Sebagai manusia rasional, kita tidak akan mengulangi kegagalan yang dulu. Ia mengingatkan agar apa-apa yang sudah baik, tetap dijaga kontinuitasnya, meningkatkan atau menyebarkannya kepada orang lain. "Jadikan momen dzikir sebagai pijakan kuat untuk sukses di masa yang akan datang," pesannya.