Selasa 14 Sep 2021 14:39 WIB

TKDN Industri Panel Surya Ditargetkan 90 Persen pada 2025

Pada periode 2020-2022, TKDN panel surya ditargetkan mencapai 85 persen.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melakukan perawatan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) milik Hotel Santika Premiere Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (7/7). Kemenperin targetkan pencapaian nilai TKDN panel surya minimal 90 persen pada 2025.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Pekerja melakukan perawatan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) milik Hotel Santika Premiere Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (7/7). Kemenperin targetkan pencapaian nilai TKDN panel surya minimal 90 persen pada 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mendukung realisasi bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) nasional, di antaranya terkait penggunaan energi pada pembangkit listrik. Salah satu upaya yang dilakukan dengan mendorong pengembangan industri panel surya nasional melalui peta jalan (roadmap) yang telah disusun hingga 2025.

 “Tentunya upaya ini akan memberikan efek berganda bagi perekonomian Indonesia. Baik dari sisi kemampuan industri maupun dari transfer teknologi yang sejalan dengan tekad pemerintah dalam mendorong ekonomi hijau,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (14/9).

Baca Juga

Menperin menjelaskan, guna mendukung pengembangan industri panel surya nasional, Kemenperin telah menyusun peta jalan dengan didukung berbagai kebijakan strategis. “Di dalam roadmap sudah mencakup pemetaan untuk mengukur kemampuan industri penunjang ketenagalistrikan,” tuturnya.

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi menyampaikan, peta jalan tersebut telah dimulai dari tahap pertama periode 2016 sampai 2018, yaitu pemenuhan target Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40 persen yang meliputi pembuatan wafer, solar cell, dan solar module. Saat ini, terdapat 10 pabrikan modul surya di Indonesia. Pada periode 2019 sampai 2020, ditargetkan nilai TKDN meningkat menjadi 76 persen yang didukung dengan adanya ingot factory

Kemudian periode 2020 sampai 2022, diharapkan mencapai target TKDN sebesar 85 persen dengan adanya solar grade silicon factory. “Tahap terakhir pada periode 2023 sampai 2025, pencapaian nilai TKDN minimal sebesar 90 persen dengan adanya metallurgical grade silicon factory,” tutur Doddy.

Menurut Kepala BSKJI, Kemenperin juga telah melakukan pemetaan mengukur kemampuan industri penunjang ketenagalistrikan. Dari hasil pemetaan tersebut, diketahui nilai TKDN industri panel surya sebesar 40 sampai 47 persen.

“Angka ini diharapkan akan terus bertambah dengan dukungan kebijakan dari seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kemampuan industri panel surya nasional guna mencapai target bauran EBT nasional sebesar 23 persen pada 2025,” jelasnya. 

Guna mendukung peningkatan TKDN industri panel surya nasional, Kemenperin telah menyusun  Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Sementara, khusus Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), telah dilakukan perubahan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 05 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 54/M-IND/PER/3/2012 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. 

“Adapun nilai TKDN gabungan untuk Solar Home System adalah 53,07 persen dan untuk PLTS terpusat atau komunal sebesar 43,85 persen,” lanjutnya.

Doddy menuturkan, melalui dukungan berbagai kebijakan yang dikeluarkan dan upaya yang telah dilakukan untuk industri panel surya, Kemenperin menargetkan nilai TKDN bagi PLTS melebihi target capaian TKDN pembangkit listrik yang telah ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ia menambahkan, energi surya di Indonesia saat ini memiliki potensi sebesar 532,6 GWp per tahun. 

Hanya saja hingga saat ini kapasitas produksi nasional yang terpasang sebesar 515 MWp dan total kapasitas PLTS di Indonesia sebesar 25 MWp. “Hal ini menunjukkan serapan pasar masih sangat kecil dari kapasitas produksi nasional, diharapkan serapan tersebut dapat terus meningkat guna mendukung bauran EBT nasional,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement