Senin 23 May 2016 21:19 WIB

'Malaysia depends on Indonesian workers'

Rep: Rr Laeny Sulistywati/ Red: Julkifli Marbun
Sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) diangkut menggunakan truk tahanan imigrasi Malaysia saat tiba di perbatasan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Selasa (8/12).
Foto: Antara/Yohanes Kurnia Irawan
Sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) diangkut menggunakan truk tahanan imigrasi Malaysia saat tiba di perbatasan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Selasa (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH -- Rector of the Sultan Zainal Abidin University (UnisZA) Terengganu Malaysia, Datuk Ibrahim Yahaya said the industrialized Malaysia depend on workers from Indonesia.

"If large companies such as the palm oil industry is very rely on the Indonesian labors. About 90 percent of that in the industrial need workers from Indonesia," he said in Meulaboh, West Aceh, Monday (23/5).

He said that after speaking at the "Economic Development and Employment Challenge Conference" with the themed formed graduates of Community Academy (AKN) as professionals in Asean Economic Community (AEC) era.

Datuk Yahaya Ibrahim added, another example is mostly Indonesian workers, especially women working as domestic assistant. When no maids, Malaysia citizens are considered unprofessional.

Although Malaysia receive workers not only from Indonesia, but majority of ethnic and national origin is from Indonesia who work in fields such as industry category, factories, refineries and even a housekeeper.

"I can not said the how much percentage because I'm not making this assessment. But the small sample is every 4-5 houses in Malaysia are has maid, almost all rich people have maid, "he explained.

Currently the government is looking for workers which have the skill.

Datuk Yahaya Ibrahim said, the culture of Indonesian workers that must be changed is expertise because of the number of workers is sufficient.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement