Ahad 27 May 2012 12:52 WIB

Peserta 'Melancong Abah Alwi' Merinding Lihat Masjid Seribu Pintu

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG - Puas berkeliling Bendungan Pintu Satu, peserta melancong Bareng Abah Alwi melanjutkan perjalanan menuju masjid seribu pintu. Konon, masjid ini menyimpan sejarah yang menarik untuk diketahui.

Masjid ini terletak di Kampung Bayur RT 03 RW 04, Kelurahan Priuk Jaya, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang. Untuk mencapai lokasi, peserta Melancong harus berjalan kaki sejauh 500 meter. Sepanjang perjalanan, kanan-kiri banyak rumah warga. Sesekali, peserta dapat melihat pesawat terbang bakal melandas. Jaraknya cukup dekat, lantaran lokasi dengan bandara tidak jauh.

Yang menarik, bagi peserta yang tidak sanggup berjalan kaki, jasa ojek telah menanti diawal pintu kedatangan. Tarifnya Rp 10-15 ribu, tergantung kelihaian pengunjung menawar. Nah, tak sedikit peserta Melancong yang akhirnya menggunakan jasa ini. Maklum saja, cuaca trik saat ini. Sudah begitu, masih ada lokasi lain yang belum disambangi. Jadi, pertimbangan peserta adalah menyimpan tenaga alias jangan diforsir.

Setiap langkah, menuju lokasi menyimpan pertanyaan bagi para peserta. Kira-kira pertanyaannya seperti di mana bangunannya, seberapa jauh lagi sampai lokasi, dan katanya masjid ini terkenal seram. Ya, begitulah. Maklum di dalam bis yang ditumpangi, Alwi Shahab dan Kartum yang memandu acara bercerita banyak soal masjid ini. Jadi, imijinasi peserta sudah melayang sejak itu.

Sesampainya di lokasi, benar saja. Para peserta senang bukan kepalang. Bagi mereka, rasa lelah lantaran kepanasan terbayar dengan pemandangan luar biasa. Masjid, ini memang tidak istimewa bahkan menyerupai proyek masjid yang tidak kelar. Bangunan didominasi warna bata merah dan semen. Hanya beberapa bagian saja yang dicat ornamen lalu bertuliskan bahasa Arab.

Masuk ke pintu pertama, para peserta sudah ditunggu oleh ustaz yang biasa berjaga. Oleh ustaz tersebut, para peserta diajak menuju puluhan ruang yang memiliki ukuran bervariasi antara 4x6 hingga 5x6 meter. Termasuk, 20 kamar atau ruang untuk berzikir. Setiap ruangan memiliki lebih dari dua pintu dan jendela.

Tak jauh dari pintu pertama, suasana bangunan mulai memancing rasa takut perserta. Berulang kali, para peserta menyebut lafaz Allah. ROL pun merinding dibuatnya.

Selanjutnya, peserta melintasi lorong-lorong berupa pintu-pintu sempit. Tiap-tiap ruangan dibatasi tembok dan pagar besi yang dikunci rapat mengunakan gembok. Tak ada kubah seperti lazimnya masjid lain. Yang ada pilar-pilar tembok dilapisi keramik memanjang menyerupai benteng.

"Di kamar tasbih, mampu menampung 100 jamaah untuk doa," kata Kartum, kepada peserta Melancong Bareng Abah Alwi, Ahad (27/5),

Sayang, perjalanan peserta harus terhenti menyelusuri lorong karena situasinya tidak memungkinkan. Secara bertahap, peserta balik kanan. Meski tak sampai tujuan akhir, peserta cukup senang dengan pengalaman itu. Mereka pun berbagi dengan peserta lain soal perjalanan itu.

"Semua lorong-lorong itu akhirnya menuju sebuah ruang terbuka yang mirip stadion sepak bola. Di tempat inilah dilakukan shalat berjamaah," kata salah seorang warga lokal kepada peserta soal masjid yang dibangun pada tahun 1979 oleh Al-Faqir Mahdi Hasan Al Qudrotillah ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement