REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON - Puas mengenal lebih dekat sejarah Keraton Kasepuhan, rombongan Melancong Bareng Abah Alwi segera melanjutkan perjalanan menuju Sentra Batik Trusmi, Cirebon. Di kawasan ini, penggiat batik Cirebon, Katura menanti rombongan.
Cuaca Cirebon memang kurang bersahabat, sepanjang perjalanan dari Keraton Kasepuhan, rombongan disambut hujan. Meski demikian, derasnya hujan tak menyurutkan minat peserta untuk melihat batik Cirebon dibuat dan dipasarkan.
Kawasan Trusmi serupa dengan kawasan sentra produksi kerajinan nusantara yang begitu sederhana namun bersahaja. Batik-batik yang belum kering tampak terpampang dengan indah. Pemandangan itu tak berhenti hingga bus yang mengantarkan rombongan ke depan halaman rumah Katura.
"Terima kasih, maaf ya, tempatnya sederhana. Tapi beginilah sebuah karya batik dilestarikan," ungkap Katura kepada rombongan Melancong Bareng Abah Alwi, Sabtu (10/12).
Katura mengatakan batik merupakan budaya asli Indonesia. Yang disayangkan, belum banyak masyarakat Indonesia yang memahami batik. "Kita itu kaya akan budaya, salah satunya batik, tapi perlu putusan UNESCO dulu tentang Batik sebagai warisan Indonesia untuk dunia menyadarkan masyarakat soal kekayaan bangsa ini," ungkapnya.
Ia pun bercerita bagaimana perkembangan batik di Trusmi. Menurutnya, seperti profesi petani, yang menikmati keuntungan adalah penjual beras bukan pembuatnya. "Jangan lihat di kota, coba lihat asal daerah pembuatnya, tentu berbeda," ungkap dia.
Selepas memberi sambutan, Katura mempersilahkan rombongan untuk melihat-lihat hasil karya dan cara pembuatan batik. Rombongan pun tak perlu menunggu aba-aba, mereka penasaran seperti apa karya Katura.