REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti kota penyangga Jakarta lainnya, Tangerang memiliki sejarah panjang dan unik. Dibangun semasa kolonial Belanda, Tangerang memainkan peranan penting pada saat itu.

Bagaimana peranan Tangerang serta cerita sejarah dibaliknya, pertanyaan itu bakal terjawab saat rombongan peserta 'Melancong Bareng Abah Alwi' menyambangi kota di sebelah barat Jakarta itu. Ada empat lokasi yang bakal dikunjungi Abah Alwi yakni Cina Benteng, Bendungan Pintu Air Seribu, Museum Benteng Heritage dan Masjid Pintu Seribu.

Alwi Shahab yang akrab disapa Abah Alwi ini menjelaskan bahwa Cina Benteng cenderung dikenal sebagai komunitas Cina berkulit gelap atau hitam yang tingkat ekonominya lebih rendah. "Berbeda dengan Cina Glodok yang lebih putih dan makmur. Hal ini yang bakal kita kunjungi nanti," kata dia di hadapan para peserta yang sudah berkumpul di Kantor Republika, Jakarta, Ahad (27/5).

Setelah Cina Benteng, para peserta akan diajak melihat bendungan pintu air sepuluh. Konon, bendungan ini dibangun Belanda demi kepentingan irigrasi dan mencegah Tangerang terkena banjir. "Bagaimana fungsi kekiniannya. Nanti kita cari tahu soal itu," ujar Abah.

Selepas menyambangi bendungan Pintu Air Sepuluh, kata dia, peserta akan diajak menuju museum Benteng Heritage. Museum ini kabarnya memiliki koleksi bersejarah etnis Cina di Tangerang. Yang menarik, museum ini merupakan inisiatif dari kalangan Cina Benteng.

Terakhir, lanjut Abah, pihaknya akan mengajak peserta mengunjungi masjid bersejarah yakni masjid pintu seribu. Konon, masjid ini memiliki banyak pintu. "Penasaran seperti apa, nanti kita sama-sama cari tahu," kata dia.

'Melancong Bareng Abah Alwi' merupakan salah satu spesial event Republika yang dikhususkan para pecinta sejarah. Dipandu Abah Alwi, wartawan senior Republika, para peserta diajak untuk menyelami sejarah dengan cara mengasyikan.

Ikuti Whatsapp Channel Republika