REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terpapar cahaya matahari terlalu lama dapat menyebabkan warna kulit berubah menjadi lebih gelap dan kusam. Penggunaan tabir surya pun kerap menjadi pilihan untuk melindungi kulit dari risiko paparan cahaya matahari tersebut.
Menurut dermatologist dr. Eddy Karta, penggunaan tabir surya penting tidak hanya sebagai perisai dari cahaya matahari. Cahaya lampu yang sangat terang pun dapat merusak pigmen kulit.
"Pemakaian tabir surya jangan sampai kelewat," ujar Eddy saat ditemui dalam acara peluncuran Optimals Event Out dari Oriflame di Grand Hyatt, Selasa (5/9).
Meski memang dianjurkan, sayang masih banyak yang mengaplikasian tabir surya pada kulit wajah secara kurang tepat sehingga manfaatnya pun menjadi tidak maksimal. Menurut Eddy, pemakaian tabir surya harus disesuaikan dengan aktivitas.
Tabir surya biasanya identik dengan istilah sun protection factor atau SPF. Banyak orang menganggap semakin tinggi angka SPF maka perlindungan terhadap kulit juga akan semakin tinggi. Padahal pemakaian tabir surya ber -SPF seharusnya disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari.
Untuk mereka yang aktivitasnya kebanyakan di dalam ruangan atau hanya dalam hitungan menit saja terkena cahaya matahari, cukup gunakan tabir surya ber-SPF 20. SPF dengan angka yang lebih tingi akan dibutuhkan jika terkena paparan cahaya matahari lebih lama seperti untuk aktivitas outdoor di pantai, gunung atau saat berenang.
Karena sifatnya yang mudah hilang, tabir surya harus diaplikasikan berulang pada kulit minimal setiap empat jam. Semakin sering diaplikasikan maka kulit akan semakin terlindung dari paparan cahaya matahari.
Selain itu, pemilihan tabir surya juga harus disesuaikan dengan jenis kulit. Misal, untuk kulit berminyak hindari tabir surya dengan minyak base karena akan dapat menutupi pori-pori sehingga menimbulkan jerawat dan komedo.