Selasa 16 Oct 2018 15:09 WIB

Pangsa Pasar Salon Muslimah Meluas

Salon Muslimah kini menjadi salon untuk perempuan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Salah satu salon khusus Muslimah di Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi/ca
Salah satu salon khusus Muslimah di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Keberadaan salon-salon Muslimah memang sudah menjadi kebutuhan bagi perempuan Muslim. Belakangan, walau jumlahnya terbilang menurun, pangsa pasar salon-salon Muslimah itu dirasa justru meluas.

Hal itu dikemukanan Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini, organisai kemasyarakatan yang konsen terhadap perempuan, anak-anak dan keluarga di Indonesia.

Diyah, yang telah menjadi pelanggan salon Muslimah sejak 2006 misalnya, melihat ada perluasan pangsa pasar yang jelas dari salon-salon tersebut. Utamanya, menjadi salon-salon khusus perempuan.

"Tidak lagi Muslimah, tapi sudah meluaskan pangsa pasar jadi salon khusus wanita," kata Diyah kepada Republika.co.id, Senin (15/10).

Salah satu pembedanya yaitu semua kapsternya perempuan dan mereka yang boleh masuk ke salon-salon tersebut juga merupakan perempuan. Itu, dirasa memberikan privasi lebih kepada pelanggan.

Bagi Diyah, itu menjadi usaha yang lebih baik dari dunia bisnis. Sebab, selama ini privasi yang dihadirkan salon-salon Muslimah menjadi daya tarik tidak cuma bagi pelanggan Muslimah.

Artinya, perubahan peruntukan dari salon-salon Muslimah ke salon-salon khusus perempuan, mampu menampung keinginan pelanggan-pelanggan perempuan yang lebih luas lagi.

"Sebab, kaum perempuan, tidak cuma perempuan Muslim, lebih nyaman merawat diri di salon-salon yang khusus untuk perempuan, jadi perspektifnya lebih luas," ujar Diyah.

Untuk salon-salon khusus perempuan, ia melihat itu malah sudah menjadi tren. Diyah mengaku tidak kesulitan lagi mencari salon-salon khusus perempuan di kota-kota besar seperti Jakarta, Makassar, Surabaya dan lain-lain.

Bahkan, salon-salon khusus perempuan dirasa memiliki pangsa pasar sendiri yang cukup besar. Tapi, secara manfaat, pelanggan-pelanggan Muslimah tentu kebagian mengingat mereka tidak lagi bingung mencari.

Diyah melihat, kehadiran salon-salon khusus perempuan sendiri menjadi bukti kalau konsep yang dibawa salon-salon Muslimah memang diminati. Buktinya, ada respon yang sangat positif dari masyarakat, terutama kaum perempuan.

Sebab, salon-salon khusus perempuan, apalagi salon-salon Muslimah, memiliki indikator-indikator spesifik yang membuat nyaman pelanggan. Pertama, ada privasi bagi kaum perempuan, utamanya Muslimah.

Misalnya ada tempat shalat, atau fasilitas-fasilitas lain yang lebih spesifik yang membuat pelanggan merasa terjaga privasinya. Kedua, kapster-kapster yang memang diharuskan perempuan, atau kalau salon Muslimah tentu harus Muslimah.

Ketiga, bahan-bahan yang dipakai sudah pasti halal, atau meskipun ada yang belum tersertifikasi halal diyakinkan produk-produknya mendekati kehalalan. Biasanya terjadi dalam kosmetik-kosmetik asal luar negeri.

"Karena kalau dari luar negeri mungkin tidak semuanya bersertifikat halal, tapi sudah disortir dan dipastikan tidak mengandung unsur-unsur yang tidak halal," ujar Diyah.

Meski begitu, khusus salon-salon Muslimah di DI Yogyakarta, ia merasa ada penurunan dari segi jumlah. Hal itu terjadi kurang lebih beriringan dengan munculnya salon-salon khusus perempuan.

Artinya, bisa disimpulkan jika perluasan pangsa pasar salon-salon Muslimah itu memiliki dua sisi mata uang. Sebab, walau secara pasar meluas, secara jumlah untuk salon-salon Muslimah sendiri malah terjadi penurunan.

"Kalau di Yogya malah ada penurunan, jadi sayang, sangat disayangkan," kata Diyah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement