REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kosmetik merupakan salah satu 'sahabat karib' bagi banyak perempuan. Selain dapat menonjolkan kecantikan, kosmetik juga dapat membantu perempuan untuk bisa mengekspresikan diri sendiri.
Terlepas dari banyaknya kegunaan produk kosmetik dalam keseharian, produk-produk ini juga dapat membawa potensi bahaya bagi kesehatan pemakainya. Studi terbaru dari Aston University's School of Life and Health Sciences misalnya, menemukan adanya superbug mematikan pada sembilan dari 10 kantong riasan.
Studi tersebut juga melakukan pengetesan terhadap 467 produk kosmetik. Hasil studi menemukan bahwa 77 persen pensil alis, 72 persen beauty blender, 69 persen maskara, 56 persen lipstik dan 55 persen lip gloss mengandung bakteri Staphylococcus yang dapat menyebabkan infeksi mematikan.
Bukan hanya itu saja bahaya yang mengintai di baik tas riasan. CEO Moogoo Craig Jones mengungkapkan ada beberapa zat kimia dalam produk kosmetik yang juga dapat membahayakan kesehatan penggunanya. Beberapa produk kosmetik yang dipromosikan dapat melindungi kulit sekalipun ternyata mengandung zat kimia yang membahayakan.
"Bahkan produk-produk itu seringkali mengandung zat kimia keras yang bisa menyebabkan kerusakan (pada kulit)," terang Jones, seperti dilansir Mail Online.
Jones mengungkapkan setidaknya ada lima zat kimia merugikan yang kerap ditemukan pada produk kosmetik. Berikut ini adalah kelima zat kimia tersebut.
Paraben
Paraben merupakan nama untuk sekumpulan pengawet sintetis yang berbeda-beda. Paraben bisa ditemukan dalam banyak produk berbasis air seperti sampo hingga sabun dan scrub pencuci muka.
"Beberapa paraben yang semula penggunaannya diizinkan saat ini telah dilarang," jelas Jones.
Jones mengungkapkan setidaknya ada lima paraben yang saat ini penggunaannya telah dilarang. Kelima paraben tersebut adalah isopropylparaben, isobutylparaben, phenylparaben, benzylparaben dan pentylparaben.
"Beberapa risiko (paparan paraben) termasuk kanker dan toksisitas reproduksi," tambah Jones.
Phenoxyethanol
Zat kimia lain yang perlu diwaspadai adalah Phenoxyethanol. Phenoxyethanol merupakan jenis pengawet yang banyak ditemui dalam produk kosmetik untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
"Phenoxyethanol bisa ditemukan dalam banyak produk kecantikan seperti pelembap, eyeshadow, foundation, tabir surya, kondisioner, maskara, pensil alis, sampo, lip gloss, concealer dan sabun mandi," tukas Jones.
Phenoxyethanol juga bisa ditemukan pada produk lain seperti krim tangan, blusher, pewarna rambut, lip balm, cat kuku hingga sabun bayi, pasta gigi dan deodorant. Menurut aturan di Uni Eripa, konsentrasi Phenoxyethanol yang diizinkan tidak boleh melebihi dari 0,06 persen per produk.
Bila melebihi batas yang dianjurkan, paparan Phenoxyethanol berisiko menyebabkan reaksi alergi. Reaksi ini umumnya ditemukan pada bayi.
Formaldehida
Formaldehida juga merupakan pengawet yang biasa digunakan untuk mencegah pembentukan bakteri pada suatu produk. Dalam suatu produk, formaldehida bisa ditambahkan secara langsung atau terbentuk dari pengawet lain.
Formaldehida biasa ditemukan pada cat kuku, lem kuku, lem bulu mata, gel rambut, produk pelembut rambut dan sampo bayi. Zat kimia ini juga bisa ditemukan pada sabun mandi batangan, sabun mandi cair dan kosmetik berwarna.
Environmental Protection Agency (EPA) mengategorikan Formaldehida sebagai zat yang mungkin bersifat karsinogenik atau memicu kanker. Efek samping paling umum dari paparan formaldehida adalah iritasi kulit seperti kulit kepala terbakar dan rambut rontok.
Methylisothiazolinone
Methylisothiazolinone adalah pengawet yang dapat digunakan dalam tisu bayi dan produk perawatan tubuh lain. Jones mengatakan Methylisothiazolinone telah memicu banyak kasus dermatitis kontak alergi di mana muncul ruam merah dan gatal pada kulit. Meski sudah jarang digunakan, Methylisothiazolinone masih bisa ditemukan pada beberapa produk di pasaran.
Timah
Timah merupakan zat yang bisa ditemukan pada produk lipstik. Paparan timah yang tinggi pada orang dewasa berisiko memicu keguguran, kecacatan pada bayi dan kejang.
Namun pandangan berbeda mengungkapan bahwa timah muncul secara natural dalam pigmen logam yang digunakan pada lipstik. Jadi, timah biasanya tidak dengan sengaja ditambahkan ke lipstik.
"Meskipun diasumsikan bahwa semua lipstik yang diaplikasikan ke bibir akan termakan, jumlah (timah) yang ditemukan pada lipstik tidak begitu tinggi untuk bisa menyebabkan kekhawatiran," terang CHOICE.