REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Meskipun digembar-gemborkan sebagai alternatif sehat dari rokok, vape alias rokok elektrik tidak lepas dari efek negatif terhadap kesehatan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Inggris mencatat 39 kematian dan 2.000 cedera paru-paru akibat vape tahun lalu.
Belum lagi, risiko cairan vape yang mengandung zat dan bahan terlarang sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang tidak terduga. Menurut pakar perawatan kulit, rokok elektrik turut berkontribusi terhadap kerusakan kulit.
"Menghirup vape, seperti halnya merokok, memproduksi gelombang besar bahan kimia di dalam tubuh," kata Mervyn Patterson, dokter kecantikan di Woodford Medical, London, Inggris, dikutip dari laman Glamour Magazine.
Penyerapan gas terjadi dengan mudah melalui jaringan paru-paru yang halus. Bahan yang dihirup serta tingkat kerusakannya pun bervariasi, tergantung pada jenis vape yang diisap, berapa lama inhalasi, serta berapa kali perangkat digunakan.
Beberapa bahan kimia potensial yang termuat dalam gas vape adalah formaldehyde, nikotin, serta turunan dari nikotin. Begitu pula propilen glikol, toluena, asetaldehida, ditambah jejak logam seperti kadmium, nikel, dan timah.
Bahan-bahan kimia beracun itu tersimpan di kulit dan selanjutnya berdampak pada fungsi normal seperti peran perlindungan dan kekebalan tubuh. Tidak menutup kemungkinan kulit cenderung sensitif dan lebih rentan terhadap infeksi.
Tuhan menciptakan kulit manusia sedemikian canggih hingga memiliki mekanisme kompleks untuk meredakan peradangan. Paparan bahan kimia beracun akan mengganggu proses penting itu. Akibatnya, peradangan menjadi tidak terkendali.
Kondisi demikian bakal menyebabkan pigmentasi, kemerahan, hilangnya kolagen, elastin, serta peningkatan risiko pembelahan sel abnormal yang mengarah pada kanker kulit. Perokok elektrik yang berjerawat atau mengalami rosacea dan psoriasis akan kian memburuk.
Selain memperparah kondisi kulit yang sudah dialami, vape juga mempercepat pembentukan garis-garis halus dan kerutan. Patterson menjelaskan, nikotin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah kecil yang mengurangi suplai oksigen dan aliran nutrisi ke kulit.
"Kehilangan sel-sel kunci yang sangat bergantung pada oksigen dan nutrisi membuat kulit mengendur dan berkerut sebelum waktunya. Pigmentasi tidak merata, bercak warna, dan bintik-bintik matahari juga semakin cepat muncul," ungkapnya.