REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Tinju Internasional (AIBA) telah memberi lampu hijau bagi petinju amatir putri untuk memakai jilbab sporty dan penutup kepala. Keputusan tersebut diumumkan menyusul pertemuan petinggi AIBA di Istanbul, beberapa waktu lalu.
Dari hasil rapat itu, AIBA menyetujui bentuk jilbab dan pakaian yang menutup badan secara sempurna. AIBA mengubah peraturannya sebagai bentuk komitmennya terhadap kesetaraan gender dan toleransi keberagamaan.
Sebelumnya, penggunaan jilbab dan penutup kepala tidak diperbolehkan dalam pertandingan tinju. AIBA beralasan, bahan yang dipakai petinju putri untuk menutupi kepala dan lehernya tidak dirancang pas badan hingga berpotensi terlepas dan dapat membahayakan kompetisi dan keselamatan petinju.
Perubahan aturan ini mendapat tanggapan positif dari seorang petinju Jerman yang mengenakan jilbab, Zeina Nassar. Ia gembira dengan kebijakan baru AIBA.
“Tinju mencakup keragaman dan saya menghargai evolusi berkelanjutan dari olahraga ini. Saya juga menghargai pengakuan AIBA tentang perbedaan agama dan memiliki wawasan untuk mengakomodasi ini,” kata Nassar dalam sebuah pernyataan, seperti yang dilansir dari The HuffPost, Rabu (27/2).
AIBA saat ini sedang dalam pengawasan oleh Komite Olimpiade Internasional, yang menghentikan perencanaan formal untuk turnamen tinju putra dan putri di Olimpiade Tokyo 2020. Masalah utama IOC adalah presiden AIBA Gafur Rakhimov. Ia berada dalam daftar sanksi Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS).