REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jangan buru-buru mengatakan merajut itu sulit jika belum pernah mencobanya. Menurut pegiat rajut, Martin Suhanda, merajut itu sebanarnya mudah.
Pada dasarnya, merajut hanyalah memadukan teknik mengaitkan benang yang dilakukan secara berulang-ulang. “Kita nggak akan seasyik apa merajut kalau nggak nyobain,” ujar dia di acara Gelar Karya Para Pecinta Rajut, Sabtu (17/12) di Blok M Plaza.
Namun, anda perlu berhati-hati karena menurutnya merajut itu bisa membuat ketagihan hingga lupa waktu. “Karena saking mudahnya. Begitu sederhana, tetapi kalau kita lakukan terus menerus bisa jadi 'sesuatu',” ujar pegiat rajut yang pertama kali merajut di umur sembilan tahun ini.
Bagi yang baru mencoba untuk belajar merajut, Martin menyarankan agar memulai belajar dengan membuat syal, topi atau bandana. Ketiga contoh hasil kerajinan itu hanya memebutuhkan teknik merajut yang paling sederhana. “Kalau masih pemula, mungkin bikin syal dulu sepanjang semeter, biar tanggannya terbiasa,” katanya yang sudah berpengalaman selama 25 tahun.
Hanya ada satu cara menurut Martin agar 'merajut' tidak menjadi sesuatu yang sulit. “Yang penting senang dulu. Kalau ada kemauan pasti bisa. Tapi kalau nggak senang, nggak bakal jadi, deh!” katanya.
Semakin sering merajut, Martin mengatakan nantinya seseorang akan menemukan ‘kiblatnya’ masing-masing. Jika menyukai dekorasi, mereka akan cenderung membuat bed cover atau taplak meja. Jika menyukai fashion, biasanya mereka akan membuat baju. Ada pula pecinta rajut yang kecanduan membuat aksesoris. “Ada juga orang yang sukanya eksperimental. Merajut di atas kain yang ditambahin tutup botol,” ujar dia.