Tersenyum dan tertawa merupakan salah satu bentuk komunikasi sederhana yang mudah dipahami. Dibalik itu, kedua hal tersebut menyimpan beragam manfaat bagi manusia termasuk secara fisik dan psikologis. Ironisnya, sebagian individu cenderung memandang sepele manfaat senyum.
Hasil riset menunjukan tertawa dan tersenyum memberikan efek yang sama seperti menjalani olahraga. Tak hanya itu, pada momen dimana seseorang merasa begitu bahagia, senyum memiliki efek meningkatkan suasana hati, meminimalisir produksi hormon stres, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah dan tingkat kolesterol dalam darah.
Seperti latihan fisik, senyum juga bermanfaat merangsang nafsu makan, menawarkan cara yang potensial untuk membantu pasien yang kurang gizi dari makanan mereka. "Efek dari tertawa atau tersenyum sama seperti anda berolahraga berulang-ulang," tukas peneliti dari California, Lee Berk seperti dikutip dari dailymail, Kamis (30/4).
Sebelumnya, peneliti meminta relawan melihat dua video berdurasi 20 menit. Video pertama bertemakan cerita sedih dan kedua bertemakan cerita lucu. Peneliti sengaja memisahkan minggu yang berbeda untuk video tema yang berbeda, untuk memastikan dampak tidak tumpang tindih.
Dari kedua video, peneliti mengukur tekanan darah dan tingkat dua hormon nafsu makan, leptin dan ghrelin. Hasilnya, tidak ada efek yang signifikan terlihat usai relawan melihat video menyedihkan. Namun, efeknya justru terlihat ketika relawan melihat video kedua dimana tercatat perubahan tekanan darah, naiknya nafsu makan dan turunya produksi leptin. Catatan itu mirip seperti efek dari latihan fisik tahap sedang.
"Esensi dari penelitian ini adalah penyedia layanan kesehatan seharusnya memberikan wawasan baru dan pemahaman, dan opsi lebih lanjut sehingga pasien yang tidak terburu-buru menggunakan aktivitas fisik untuk menormalkan atau meningkatkan selera makan mereka," ujarnya.
Kata dia, banyak pasien tua menderita karena nafsu makan berkurang sebagai akibat dari depresi dan kurangnya aktivitas fisik. Ia mencatat penurunan nafsu makan sering terlihat pada pasien lanjut usia setelah kematian pasangan, dan orang-orang sakit kronis. Berk menilai pasien berusia lanjut mungkin bisa menggunakan terapi senyum untuk membantu mereka mendapatkan kembali nafsu makan mereka.
"Ini menarik, emosi positif yang dihasilkan dari perilaku seperti saat bermain musik atau bernyanyi, dan tawa riang diterjemahkan sebagai jenis mekanisme biologis pemicu sikap optimis," terangnya.