Jumat 11 Jun 2010 01:17 WIB

Penonton Video Mesum Juga Alami Kelainan, Nah Lho?

Rep: cr2/ Red: Ririn Sjafriani
Hindari pornografi
Foto: okihelfiska.wordpress.com
Hindari pornografi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Merebaknya video mesum yang diduga melibatkan selebritis patut disikapi dengan bijak, baik dari sisi pelaku maupun penyebarannya.

Namun, tahukah Anda jika penonton video mesum juga sebenarnya mengalami kelainan? Tak hanya para pelakunya saja. Hal itu diungkap oleh Pengajar Psikomasotik, Universitas Krida Wacana, Dr. Andri, SpJK.

Ihwal kecenderungan kegemaran masyarakat mendokumentasikan hubungan suami-istri, Andri menilai, sulit mendiagnostik apakah kasus itu merupakan narsistik, gejala membanggakan diri atau Parafilia, penyimpangan gairah dalam bentuk yang sangat berat.

Keduanya merupakan penyimpangan dari norma-norma dalam hubungan seksual yang dipertahankan secara tradisional, yang secara sosial tidak dapat diterima.

"Disini memang perlu kajian mendalam. Lihat kepentingan si pembuat video dan kondisi psikologisnya. Namun, pertanyaanya adalah perlukah kita membuah video seperti itu," tukas Andri.

Selain melihat kegemaran masyarakat yang mendokumentasikan atau mempublikasikan video mesum, Andri juga menilik fenomena menarik dimana masyarakat juga gemar mencari dan menikmati dokumentasi atau hasil publikasi seseorang ketika menjalani hubungan suami-istri.

"Jangan bilang pelaku video saja yang kelainan, kita ini, masyarakat yang menonton juga kelainan," tegasnya.

Kelainan ini, kata Andri, merupakan bentuk lain dari parafilia yakni voyeurisme, suatu gejala psikologis dimana seseorang akan terangsang jika melihat orang lain yang menanggalkan pakaiannya, telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual.

Selain itu, menurut Andri, kecenderungan melihat video mesum yang diduga melibatkan selebritis, juga membuat seseorang menjadi bangga atau narsis dan kemudian memamerkan kebanggan itu pada lingkungan sosial mereka. "Ada juga yang merasa bangga sudah melihat video itu, dan ada juga yang bangga sudah menyebarkan video itu," kata dia.

Namun, ia menyayangkan masyarakat tidak menyadari itu dan lebih dominan menikmati ketimbang mencegah video itu menyebar. " Kita punya hati nurani, namun, lantaran berbagai faktor hati nurani kemudian menghilang," ujarnya.

Tindakan Preventif

Kasus video mesum sebenarnya bisa ditekan dengan catatan ditanggulangi dengan tindakan preventif, seperti, pemberian ruang anak yang terbuka dan pertimbangkan ulang pemberian private room pada anak, blokir konten situs porno dan mulai mendiskusikan pendidikan seksual baik melalui kacamata agama atau ilmiah.

"Negara ini, senangnya mengobati ketimbang mencegah. Saya kira, pembatasan konten internet berbau seksual dan pemberian pendidikan seksual sangat penting," tegasnya.

Selain itu, lanjut Andri,  sanksi moral juga diperlukan. Ia menyayangkan gagalnya sanksi hukum guna menekan kasus video mesum. "Saya melihat, selama ini kita mempelajari sesuatu berdasarkan dogma dan kekerasan. Akibatnya, tidak ada hasil yang nyata," ujarnya.

Terakhir, Andri meminta pemerintah untuk lebih tegas mengimplementasi peraturan dan menghindarkan diri pada insiden ketidak jelasan atau status quo. Disamping itu, lanjutnya, pemberitaan media juga perlu diperhatikan.

Andri menilai, pemberitaan media yang detail dan spesifik memang baik tapi beresiko besar mengubah perpekstif masyarakat dan pada akhirnya berpengaruh negatif. "Ingat, efek media itu cepat lho," pungkasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement