Rabu 30 Jun 2010 19:45 WIB

Takut harus Ditaklukkan, Bukan Dituruti

Red: Siwi Tri Puji B
Ilustrasi
Foto: .
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV--Mengapa orang kerap "latah" akan ketakutan pada sesuatu? Ketika kita melihat orang takut pada ular, maka rasa takut orang itu dicerna dan dipindai otak, kemudian menimbulkan rasa yang sama pada diri kita. Pilihannya hanya satu: kita menuruti rasa takut itu, atau melawannya.

Inilah strategi yang digunakan oleh Uri Nili dan Yadin Dudai, pakar syaraf dari Institut Weizmann di Rehovot, Israel. Melalui serangkaian penelitian, keduanya menyimpulkan keberanian tidak datang ketika kita benar-benar membuang rasa takut, tetapi dari bagaimana mengatasinya secara cukup untuk bertindak. "Seorang petugas pemadam kebakaran yang masuk ke gedung yang terbakar bukan karena mereka penuh keberanian, tapi karena mereka yang tidak kenal takut," kata Dudai.

Keduanya menyimpulkan, fobia bukan sesuatu yang bersifat permanen. Bila ada dorongan yang kuat dalam diri seseorang, maka fobia apapun akan bisa disingkirkan.

Para peneliti memeriksa aktivitas otak dari 39 orang dengan ketakutan luar biasa akan ular saat mereka berbaring telentang dengan pemindai otak MRI. Mereka diberi pilihan untuk memindahkan ular jagung sepanjang 1,5 meter dari mereka, atau membawa mereka lebih dekat, dalam jarak 20 cm.