REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Pemilik berat badan berlebih apalagi penderita obesitas berisiko diintai lebih banyak penyakit, salah satunya risiko mengalami sesak napas lebih tinggi. Tak hanya itu, para dokter di Kanada juga merasa kesulitan mendiagnosis apakah mereka terserang asma atau paru-paru karena penderita sering mengalami gejala hampir mirip.
Sebuah penelitian dalam jurnal di Kanada menyebutkan dokter tidak bisa memastikan ketika seorang penderita obesitas didiagnosa dibanding orang-orang pada umumnya. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa masa lalu, spirometri, tes standar fungsi paru-paru, tidak digunakan sesering yang seharusnya dalam mendiagnosis asma, kata Dr Smita Pakhale Rumah Sakit Ottawa di Ontario, Kanada, yang mencetuskan penemuan baru.
’’Asma harus didiagnosis berdasarkan gejala dan pengujian kedua paru-fungsi dan ini pun bisa menjadi faktor dalam kesalahan diagnosa di studi ini. Pakhale mengatakan pada Reuters Health pekan lalu - meskipun, ia menambahkan, itu hanya spekulasi.
Pakhale juga menunjukkan bahwa orang dewasa obesitas beresiko tinggi mengalami gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan asma-seperti gejala seperti sesak napas dan sesak dada. Mereka termasuk dalam golongan dengan tingkat kebugaran rendah, refluks asam dan penyakit jantung tinggi.
Pakhale mengatakan orang yang tahu betul mereka memiliki asma setelah keluar dari ruang gawat darurat atau klinik-klinik medis, harus segera menjalani perawatan lebih lanjut dengan dokter utama. Agar, imbuhnya, mereka bisa mendapatkan pengujian atau tambahan evaluasi, yang dapat mengungkap penyebab sebenarnya, bila seandainya itu bukan asma.
Penelitian ini melibatkan 496 orang dewasa yang dipilih acak dari delapan kota di Kanada yang telah didiagnosa mengidap asma. Sebagian besar dari mereka adalah obes--julukan penderita obesaitas--dan sisanya, bagian kecil berbobot badan normal.
Secara keseluruhan, tes fungsi paru mengonfirmasi 70 persen dari peserta didiagnosa memiliki asma. Dari jumlah tersebut baik pria dan wanita, masing-masing, sudah pernah menjalani perawatan darurat terkait gangguan pernafasan dalam satu tahun terakhir.
Peserta obesitas yang ternyata tidak memiliki asma, sebanyak 21 persen, ternyata juga telah mencari pengobatan mendesak untuk gejala pernafasan pada tahun lalu. Sedangkan prosentase keluhan pernafasan dan gejala asma pada pria dan perempuan berbobot badan normal lebih kecil 10 persen.