REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Siwa adalah sebuah lembah di sebelah Barat Laut kota Kairo dengan jarak kurang lebih 600 km. Masyarakatnya mempunyai bahasa yang berbeda dengan masyarakat Mesir umumnya.
Peninggalan-peninggalan sejarah yang masih tersisa menunjukkan bahwa mereka pernah mempunyai peradaban yang tinggi sejak tahun 3.000 SM. Di situ terdapat situs seperti Mount of the Dead (bukit penimbunan mummy), haekal pemujaan dewa Amon pada masa dinasti Fir'aun, kolam Cleopatra, peninggalan Alexander the Great, Benteng Siwa kuno dan sebagainya.
Masyarakat Siwa telah mewarisi ilmu-ilmu pengobatan tradisional yang terus mereka pertahankan hingga sekarang. Dengan pengobatan tradisional ini, mereka bisa hidup sehat secara alami tanpa harus pergi ke dokter, klinik kesehatan dan apotek. Salah satu metode pengobatan tersebut adalah sebuah cara yang sangat unik yaitu dengan mandi pasir yang dipanaskan oleh sinar matahari hingga 45 drajat celcius, bahkan lebih.
"Kami disini tidak pernah berobat ke dokter, juga tak pernah membeli obat-obatan yang mengandung bahan kimia. Kami berobat dengan cara alami yaitu mandi pasir panas," ujar Yousef, guide warga Siwa kepada 50 mahasiswa Al-Azhar asal Indonesia yang tour di lembah Siwa pada 6 Juli yang lalu. Keampuhan metode pengobatan ini pun mengundang perhatian banyak orang. Sehingga para pasiennya tak sedikit yang berasal dari luar daerah Siwa. "Mereka datang dari jauh ke Siwa untuk berobat di pemandian pasir," ungkap Mushlih Nahidh, mahasiswa Al-Azhar Kairo yang sudah berkali-kali ke Siwa.
Rahasia mandi pasir
Yousef menjelaskan, menurut ilmu kesehatan tradisional masyarakat Siwa, munculnya berbagai macam penyakit adalah akibat kondisi unsur air yang tidak sehat di dalam tubuh. Karena itu air tersebut harus dikeluarkan. Dan cara yang lebih ampuh untuk itu adalah dengan mandi pasir panas di Hammam Raml (pemandian pasir).
Mandi pasir ini diperkirakan bisa mengeluarkan 3 liter sampai 4 liter air dari dalam tubuh melalui keringat. Bersamaan dengan itulah keluar berbagai macam penyakit yang diidap pasien semisal rematik, asam urat, struk, kolesterol, dan lain-lain.
Yousef, guide yang fasih berbahasa Inggris dan Arab itu tak membiarkan para tamu Indonesia-nya larut dalam rasa penasaran. Dengan senang hati dia membawa mereka ke lokasi pemandian pasir panas.
Setiba di lokasi, ternyata tidak ada kolam pemandian, sungai juga tidak ada. Yang ada hanya puluhan kemah berjejer di tengah gurun pasir. Di depan kemah-kemah tersebut terlihat beberapa anak muda sedang menggali pasir hingga belasan lobang dengan kedalaman sekitar 50 cm. Ukuran panjang lebarnya cukup untuk mengubur satu jasad manusia.
Kira-kira 10 menit kemudian, sebuah pick up datang membawa segerombolan penduduk. Dan ternyata mereka adalah para pasien yang akan melakukan praktik mandi pasir panas. Salah seorang pasien masuk ke dalam lubang. Pakaiannya diganti dengan sebuah handuk untuk menutupi auratnya.
Dia mengambil posisi berbaring menghadap langit. Lalu ditanam dengan pasir yang panasnya mencapai 45 drajat celcius. Setelah auratnya benar-benar tertutup oleh pasir, handuk yang tadinya dipakainya ditarik dengan pelan. Selanjutnya penguburan dilanjutkan hingga batas leher. Untuk menghindari sengatan panas matahari, kepala pasien dinaungi oleh selimut yang disanggah dengan kayu. Namun demikian wajahnya tetap kelihatan merah berkeringat.
Seusai mengubur satu pasien, yang lainnya pun mengambil posisi di lobang-lobang yang sudah tersedia di sebelah kiri pasien pertama. Penguburan ini memakan waktu antara 10 menit sampai 15 menit. Setelah itu pasien dikeluarkan dari lobang, auratnya ditutup, lalu dimasukkan ke dalam kemah yang berjarak 1 meter dari lobang untuk diistirahatkan.
Gumpalan-gumpalan pasir basah yang membekas di tempat penguburannya menunjukkan banyaknya kadar air yang keluar dari pori-pori kulitnya. Dapat dibayangkan, jika air yang dikeluarkan dari tubuh pasien tersebut mencapai 3 liter sampai 4 liter dalam rentang waktu 15 menit, berarti dia telah diet hingga 3 kg dalam waktu yang relatif sangat singkat! Mau coba praktik?