REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Asap para perokok ternyata membunuh lebih dari 600 ribu orang di penjuru dunia setiap tahunnya, demikian menurut sebuah studi terbaru. Dalam studi yang dilakukan pertama kali pada dampak global menghisap asap dari perokok, periset menganalisa data di 192 negara dimulai sejak 2004.
Mereka menemukan 40 persen anak-anak dan lebih dari 30 persen pria tidak merokok dan wanita secara rutin menghisap asap rokok di lingkungannya, alias menjadi perokok pasif. Ilmuwan kemudian memerkirakan bahwa merokok pasif menyebabkan sekitar 379 ribu kematian yang dipicu oleh penyakit jantung, 165 kematian akibat penyakit pernafasan, 36,9 ribu kematian akibat asma dan 21,4 ribu kematian akibat kanker paru-paru saban tahunnya.
Semua angka tadi hanya menyumbang sekitar 1 persen dari kematian dunia. Studi tersebut telah dipublikasikan di journal kedokteran Inggris, Lancet. 'Studi ini membantu kami memahami angka kematian nyata yang disebabkan oleh tembakau," ujar Armando Peruga, manajer program Inisiatif Bebas Tembakau, Badan Kesehatan Dunia (WHO). Ia mengatakan sekitar 603, kematian akibat menghisap asap rokok harus ditambahkan ke 5.1 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh aktivitas merokok itu sendiri.
Peruga mengatakan, WHO secara khusus prihatin dengan 165 ribu anak yang meninggal akibat infeksi pernafasan terkait asap rokok, terutama di Asia Tenggara dan Afrika.
"Gabungan antara penyakit infeksi dan asap rokok sungguh kombinasi yang mematikan," ujar Peruga. Anak-anak dengan orang tua perokok memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom kematian mendadak, infeksi telinga, pneumonia, bronkitis dan asma. Paru-paru mereka mungkin juga berkembang lebih lambat ketimbang anak-anak dengan orangtua non-perokok.
Peruga dan para koleganya juga menemukan sejumlah besar orang yang terpapar asap rokok di Eropa dan Asia. Tingkat keterpaparan terendah berada di Amerik, Mideterania Timur dan Afrika.
Asap rokok memberi dampak terbesar kepada para wanita, membunuh sekitar 281 orang. Di banyak bagian di dunia, wanita memiliki kecenderungan 50 persen terpapar dengan asap rokok ketimbang pria.
Memang, saat ini negara-negara Barat telah memberlakukan pelarangan merokok di tempat publik, namun, masih sulit untuk melakukan pelarangan lebih jauh.
"Saya kira sulit untuk menyaksikan kebijakan kuat hingga memasuki ranah rumah tangga," ujar seorang pengamat dari Institut Kesehatan Global dari Universiy of Southern California, Heather Wiplfi. Ia mengtakan lebih banyak pelarangan dan edukasi tentang pelarangan merokok di tempat umum mungkin akan mempengaruhi orang-orang untuk berhenti merokok di rumah.
Di Inggris, Yayasan Paru-Paru Inggris kini mengajukan petisi kepada pemerintah untuk melarang merokok di dalam kendaraan. Kepala eksekutif lembaga tersebut, Helena Shovelton, mengatakan orang tua perokok kerap meremehkan bahaya kebiasaan mereka terhadap anak-anaknya.
"Sebagian besar orang menyangkal itu," ujarnya. "Para orangtua pasti tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya seperti meninggalkan anak-anak mereka ditengah jalan, namun mereka menganggap merokok di depan mereka bukan masalah."