REPUBLIKA.CO.ID, Ada banyak keuntungan bila anda rajin mengecek kadar kolesterol dan menjaganya tetap normal. Penelitian terbaru memperkuat aksioma tersebut, menjaga kolesterol terbukti mengurangi risiko terkena Alzheimer di usia lanjut.
Dalam sebuah studi yang dilakukan Universitas Columbia, periset menemukan ada tiga korelasi antara tingkat kolesterol HDL dan kemungkinan terkena AlZheimer. Bila HDL cukup tinggi maka risiko berkurang sebesar 60 persen.
Kolesterol adalah tipe substansi lemak bersifat seperti lilin dan diproduksi secara alami oleh tubuh. Lemak ini membantu melindungi syaraf, membuat jaringan sel dan memproduksi hormon tertentu. Namun, ketika ada terlalu banyak kolesterol dalam darah, kelebihan lemak itu akan membentuk dinding di ateri, menyebabkan pembuluh menyempit dan mengeras. Deposit kolesterol besar dapat mengeblok arteri sepenuhnya.
Ada dua tipe kolesterol, LDL dan HDL. LDL, atau lemak densitas rendah adalah sumber utama kolesterol yang menyumbat arteri anda. Inilah yang bisa menghambat pasokan darah ke jantung, bahkan menghadangnya. HDL sangat berlawanan. Ia dapat membantu aliran darah di arteri dengan kecepata penuh, bermanfaat untuk menurunkan risiko serangan jantung.
Studi oleh Columbia yang diikuti 1.130 partisipan dengan usia 65 tahun dilakukan mulai 1999 hingga 2001. Setelah memasukkan data usia, kelamin, pendidikan, grup etnis, faktor risiko terkait pembuluh darah ke jantung, tindakan pengurangan asam lemak, ditemukan bahwa partisipan dengan kadara HDL lebih dari 56 mg/desiliter (kadar tertinggi) memiliki tanda-tanda terendah terpapar Alzheimer dan mengalami penurunan risiko hingga 60 persen.
Penyebab pasti Alzheimer masih belum diketahui, namun deteksi awal penyakit Alzheimer dapat mempengaruhi perkembangan dan memperlambat efek penyakit hingga pasien tak mencapai tingkat dementia total. Pola diet juga penting dalam menjaga kolesterol selalu terpantau dan demi mencegah kemungkinan Alzheimer.
Saran bijaksana pada umumnya merekomendasikan anda hanya mengonsumsi lemak tersaturasi hingga 10 persen dari total kalori per hari dan bila memungkinkan mengganti lemak jenis itu dengan alternatif yang lebih sehat.
Jauhi lemak tersaturasi dan lemak trans--yang kerap ditemukan di makanan olahan--sebisa mungkin. Alih-alih, cari yang bertipe monosaturasi dan polisaturasi. Jenis dua lemak terakhir ini bisa ditemukan beberapa di antaranya di minyak sayur, ikan, pisang, alpukat, kacang-kacangan dan biji bunga matahari.