Selasa 01 Feb 2011 17:27 WIB

Gawat Kanker Hati Sulit Terdeteksi

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Hati (Ilustrasi)
Hati (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Meski bukan pembunuh nomor wahid di dunia, kanker hati patut diwaspadai. Pasalnya, sebagian besar kasus kanker hati diketahui ketika sudah berstadium lanjut. Artinya, tahapan awal dari perkembangan kanker hati sulit terdeteksi.

Sulitnya kanker hati tediagnosa karena peran hepatitis. Penyakit yang berawal dari infeksi virus pada hati ini boleh dibilang merupakan pembunuh diam-diam karena banyak orang yang tidak mengetahui dirinya terinfeksi sehingga terlambat dan terinfeksi seumur hidup.

Infeksi tersebut kemudian berproses membentuk jaringan ikat pada hati menimbulkan benjolan dan gangguan pada fungsi. Dalam jangka panjang gangguan itu menyebabkan penderita mengalami sirosis serta kanker hati.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan hingga saat ini sekitar dua milyar orang terinfeksi virus hepatitis B di seluruh dunia dan 350 juta diantaranya berlanjut jadi infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan, 600.000 orang meninggal dunia per tahun karena penyakit itu. Di Indonesia, angka kejadian infeksi hepatitis B kronis diperkirakan mencapai 5-10 persen dari jumlah penduduk.

Prof. dr.Ali Sulaiman, Sp.PD-KGEH, guru besar dari Divisi Hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam acara “Tingkatkan Harapan Hidup Pasien Kanker Hati Dengan Terapi Target” yang diadakan oleh Bayer di Jakarta, Selasa (1/2) memaparkan di Indonesia, 70 persen pasien kanker hati terjadi akibat hepatitis B.

Ali menjelaskan proses hepatitis menjadi kanker boleh dibilang butuh waktu panjang. Di awal, virus hepatitis B akan masuk ke dalam tubuh yang kemudian virus tersebut merusak dan merangsang sel-sel beraktivasi.

Akibatnya, sel-sel itu membentuk benjolan pada hati yang bila dibiarkan akan menjadi sirosis hingga kanker hati.”Proses ini juga dipengaruhi gen dalam riwayat keluarga yang ternyata memiliki penyakit hepatitis. Selain itu, faktor lainnya adalah obesitas, perlemakan hati, diabetes, merokok, konsumsi alkohol dan penggunaan steroid anabolik jangka panjang,” paparnya.

Ali menambahkan virus hepatitis B merupakan penyakit menular. Virus hepatits B dapat menyebar dan menulari individu lain melalui darah, air seni, tinja dan cairan mani dan cairan vagina. Penyakit ini juga bisa ditularkan dari ibu kepada bayinya.

“Ibu yang positif hepatitis B memiliki resiko 90 persen menularkan virus pada bayinya. Apalagi bila si bayi tidak langsung divaksin,” katanya. Menurut dia, cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit ini adalah dengan vaksinasi hepatitis B, mencegah perilaku seksual tidak aman, serta meningkatkan kebersihan perorangan.

Tak hanya itu, Ali juga memaparkan bahwa sebagian besar penderita penderita kanker hati dan hepatitis merupakan kaum pria. Menurutnya, merujuk pada data terakhir jumlah perbandingan dengan perempuan sebesar 3:1 hingga 5:1.

Sampai saat ini, dikatakan Ali, penyebab pasti mengapa laki-laki lebih banyak menderita kanker hati dan hepatitis masih belum jelas betul. Namun, ia menduga hal itu disebabkan adanya perbedaan hormonal, intensitas kegiatan laki-laki yang banyak menghabiskan wkatu diluar.

Ada juga yang mengatakan perempuan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dibanding laki-laki. “Itulah faktanya, laki-laki lebih banyak menderita kanker hati dan hepatitis,” paparnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement