Selasa 08 Feb 2011 13:44 WIB

Cegah IQ Jongkok Hindarkan Si Kecil dari Junk Food

Junk Food
Junk Food

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bayi yang diberi banyak makanan olahan mungkin akan memiliki IQ yang lebih rendah dalam hidup mereka kemudian, demikian satu studi Inggris yang digambarkan sebagai penelitian terbesar dalam jenisnya.

Kesimpulan tersebut, disiarkan Senin (7/2), berasal dari observasi jangka panjang terhadap 14.000 orang yang dilahirkan di Inggris barat pada 1991 dan 1992. Kesehatan dan kebugaran mereka dipantau pada usia tiga, empat, tujuh dan delapan-setengah tahun.

Orang tua dari anak-anak tersebut diminta mengisi daftar pertanyaan antara lain, merinci jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi anak mereka. Dari daftar tersebut muncul tiga pola makanan, pertama memiliki kandungan tinggi gula dan lemak olahan, tipe makanan "tradisional" yang banyak mengandung daging dan sayuran, terakhir adalah makanan "sadar-kesehatan" dengan banyak selada, buah dan sayuran, pasta dan beras.

Ketika anak-anak itu berusia delapan-setengah tahun, IQ mereka diukur dengan menggunakan alat standard yang disebut Wechsler Intelligence Scale. Dari sebanyak 4.000 anak dengan data yang lengkap, ada perbedaan mencolok pada IQ di kalangan mereka yang telah mengkonsumsi makanan "olahan" dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi makanan "sadar-kesehatan" saat mereka lebih kecil.

Sejumlah 20 persen anak yang terbiasa menyantap makanan olahan memiliki IQ rata-rata 101 poin, sementara 20 persen anak yang sehari-hari banyak mengonsumsi makanan "sadar-kesehatan" memiliki IQ 106 poin.

"Perbedaannya memang kecil, sih, itu bukan perbedaan yang besar," kata seorang penulis studi tersebut, Pauline Emmett dari School of Social and Community Medicine di University of Bristol, sebagaimana dilaporkan kantor berita Prancis, AFP.

"Tapi itu jelas membuat mereka kurang mampu menghadapi pendidikan, kurang mampu untuk menghadapi sebagian kondisi dalam kehidupan," kata Pauline Emmet.

Hubungan antara IQ dan gizi menjadi masih yang diperdebatkan dengan sengit sebab itu dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk latar-belakang ekonomi dan sosial.

Satu keluarga kelas menengah misal, barangkali lebih mampu secara keuangan untuk meletakkan makanan yang lebih sehat di meja makan, atau memiliki dorongan lebih kuat untuk merangsang nafsu makan anak mereka, dibandingkan dengan keluarga dari rumah tangga miskin.

Mengapa "junk food" memiliki berdampak pada kecerdasan? Emmet menyatakan makanan yang diolah secara berlebih dapat kekurangan unsur dan vitamin penting bagi perkembangan otak besar pada tahap penting masa awal kanak-kanak.

"Makanan 'junk food' tidak bagus buat perkembangan otak," katanya.

Studi itu disiarkan di Journal of Epidemiology and Community Health, yang disiarkan oleh British Medical Association (BMA).

"Junk food" juga berbahaya bagi orang dewasa, sebab makanan semacam itu memiliki resiko yang merugikan kesehatan diakibatkan kandungan tertentu di dalamnya, seperti kandungan lemak yang tinggi, bahan pengawet.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement